visitaaponce.com

Digitalisasi Dorong Bisnis Kopi

DIGITALISASI berbagai sektor bisnis telah menjadi keniscayaan, termasuk di sektor kopi. Hal tersebut misalnya diakui oleh Founder Kopi Tuku, Andanu Prasetyo.

Berawal dari toko sederhana di Cipete, Jakarta Selatan, digitalisasi sangat membantu memperlancar proses bisnis Kopi Tuku.

Di awal menyentuh digitalisasi, kata Andanu, proses bisnis yang bisa terbantu adalah proses penjualan (selling) antara lain memasukkan produk ke platform ojek online.

Baca juga : Festival Kopi Media Indonesia 2024 Konsisten Angkat Kopi Nusantara

Selanjutnya digitalisasi dilakukan untuk proses branding dan marketing. "Hal itu untuk menunjukkan ada toko kopi kecil di Cipete dengan berbagai value dan cerita di belakangnya yang disampaikan melalui media sosial. Untuk mengetahui keseruannya, wajah-wajah kehangatan ngobrol di Tuku," ungkapnya Talkshow Digitalk X Aftertaste, Festival Kopi Nusantara, Kompleks Media Group Network, Jakarta Barat, Jumat (3/2).

Yang terbaru, Andanu mendirikan Kopi Beragam, sister company dari Kopi Tuku yang bergerak di proses roasting.

Lewat hal ini, pihaknya mencoba mencari sebuah sistem yang bisa mengkoordinasikan berbagai kebutuhan di proses roasting kopi, sampai konteks securing supply.

Baca juga : Niagahoster dan KiriminAja Dorong UMKM Jelajahi Potensi Digital Baru

"Kita tahu ketidakstabilan alam mempengaruhi produktivitas dan kualitas kopi. Makanya kami perlu menyiapkan sistem khusus sebagai fundamental dalam membangun ekosistem kopi, value chain proses bisnis Tuku lebih baik lagi," katanya.

Handrianus Yovin Karwayu, pemberdaya Petani Lokal NTT dan Founder Bangflo Coffee, melangkah lebih jauh dengan membuat sistem enterprise resource planning (ERP) untuk memaintain supply chain dari kopi.

"Mulai dari hulu atau kebun sampai ke gudang, toko. Data mengenai petani, koordinat, produksi. Misalnya barang udah sampai mana, atau di gudang stoknya berapa. Data itu penting untuk kita semua," katanya dalam kesempatan yang sama.

Baca juga : Berawal dari Keresahan, Bisnis Kopi Lur Kini Bisa Kantongi Rp30 Juta per Bulan

Menurut Yovin, concern dari pembuatan sistem ERP ini adalah para petani kopi.

"Petani itu kaya, punya aset/lahan. Tapi 90% petani di data base kami belum punya sertifikat. Kenapa kami punya database itu karena kami punya concern untuk membantu, bekerja sama dengan pemerintah, untuk memberikan sertifikasi terhadap lahan mereka," ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kementerian Kominfo Septriana Tangkary menjelaskan pentingnya pelaku usaha, termasuk bisnis kopi, masuk ke ranah digital.

Baca juga : Paper.id dan Accurate Indonesia Kolaborasi Bantu UMKM Masuk Ekosistem Digital

Ia menyebut kontribusi ekonomi digital Indonesia Rp619 triliun tahun 2020 dan akan terus meningkat. Dalam mendukung digitalisasi UMKM, ada beberapa program dan bantuan di berbagai sektor.

Dari sektor permodalan, ada Digital Kredit UMKM (digiKU) yang memungkinkan semua pengampu kredit di UMKM mendapatkan anggaran sebesar Rp4,2 juta.

"Harapannya dengan kemudahan digiKU berkolaborasi dengan marketplace akan mempermudah pengajuan kredit, hanya 15 menit," kata Septriana.

Baca juga : BjbPreneur on Campus Universitas Esa Unggul: Rancang Konsep Sustainability Business

Selain itu, Kementerian BUMN juga meluncurkan platform Pasar Digital (PaDi) UMKM. Ini berupa program belanja produk lokal.

Selanjutnya juga tersedia eKatalog LKPP. Menurut Septriana, saat ini setiap kementerian diwajibkan membelanjakan 40% produk Indonesia.

"Teman-teman pemilik (bisnis) kopi mari daftarkan kepada LKPP sebagai eKatalog, sehingga orang-orang di kantor pemerintahan, BUMN, bisa membeli kopi dari Bapak/Ibu semua," ujarnya.

Baca juga : Wirausaha Adalah: Pengertian, Sifat, Manfaat, dan Tujuan

Di Indonesia dengan potensi bonus demografi yang besar, anak muda disebut kunci keberhasilan bagi para UMKM, termasuk kopi. Apalagi kopi sudah menjadi ciri khas Indonesia.

"Kita berusaha terus untuk naik kelas, termasuk dengan kopi-kopi yang ada. Yang masih baru-baru, ayo jangan (merasa) kita sudah kalah dengan Starbucks. Enggak kok, kita punya kopi-kopi yang bagus," kata Septriana.

Ia mengajak para pelaku bisnis kopi untuk melek digital. "Karena pada saat kita melek digital, kemudahan menjual kopi, meroast, bisa lebih mudah. Proses penjualan, proses pembelian, penyampaian, saat ini terbuka luas sekali," katanya.

"Sangat besar juga peluang untuk mengekspor kopi kita. Jadi kita bisa meningkatkan peluang dari digitalisasi untuk bisa mendorong ekspor dan penyebaran sampai luar negeri. Jangan hanya berpikir ruang gerak kita hanya di Indonesia, dengan menggunakan teknologi digital, seluruh dunia bisa kita sampaikan," pungkasnya. (Ifa/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat