visitaaponce.com

Merdeka Belajar Pastikan Kompetensi Mahasiswa Tercapai

Merdeka Belajar Pastikan Kompetensi Mahasiswa Tercapai
Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D.(Ist/UT)

SEBAGAI kampus yang didirikan menggunakan basis pembelajaran jarak jauh (PJJ), Universitas Terbuka (UT) percaya diri dalam menerapkan program Merdeka Belajar yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Mahasiswa UT diarahkan dapat belajar secara mandiri dan atas prakarsa sendiri. Bahan ajar yang dirancang sejak awal juga khusus untuk dapat dipelajari mandiri, senapas dengan prinsip program Merdeka Belajar.

Seperti apa konsep awal perkuliahan di UT dan bagaimana implementasi pembelajaran mereka setelah diintegrasikan dengan program Merdeka Belajar? Berikut wawancara wartawan Media Indonesia Dinda Shabrina bersama Rektor UT Prof. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D.

Baca juga: Universitas Terbuka Jalin Kerja Sama dengan PT. Kukuh Mandiri Lestari (PIK 2)

Pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek telah meluncurkan program Merdeka Belajar termasuk di perguruan tinggi. Bagaimana Anda menilai program ini?

Kami sangat menyambut positif program Merdeka Belajar. Ini merupakan salah satu praktik baik yang sudah diselenggarakan UT sejak didirikan pemerintah pada 4 September 1984.

Sejak didirikan, UT sudah menerapkan prinsip Merdeka Belajar. Kami memberikan kesempatan kepada mahasiswa sesuai kapasitas, waktu, biaya dan faktor lain yang berkontribusi pada proses perkuliahan mereka.

Baca juga: UT Gelar Peluncuran Buku Karya Ketua MPR dan Kerja Sama dengan Perpusnas

Sejak UT didirikan, mahasiswa didorong mengambil paket 24 SKS (satuan kredit semester), tapi kami juga menawarkan bahwa mereka tidak harus mengambil 24 SKS atau 10 mata kuliah. Mungkin mereka hanya mengambil 5, dicicil, sesuai kapasitas mereka, terutama terkait waktu dan biaya.

Mahasiswa UT kan ada fresh graduate dan sudah bekerja. Mereka kadang tidak punya waktu banyak untuk mengatur pekerjaan di tempat kerja, juga kebanyakan berkeluarga. Jadi, saat mereka sibuk dan tidak sempat mengambil mata kuliah sepenuhnya, bisa disesuaikan dengan mereka.

Merdeka Belajar lebih memberi kesempatan kepada mahasiswa disesuaikan dengan tujuan mereka, kemampuan mereka, termasuk juga waktu tempuhnya. Kami menyambut baik program kementerian tersebut. Kami percaya untuk mencapai suatu kompentensi tidak harus dilakukan konvensional yakni mereka kuliah hanya di program studinya.

Padahal, dapat juga dicapai dengan cara lain seperti pengabdian masyarakat, riset, atau kegiatan lain yang arahnya mencapai kompetensi mahasiswa. Terpenting, kita bisa memastikan bahwa mereka melakukan skema itu dan dapat dicapai.

Bisa dijelaskan maksud kompetensi dan skema yang dicapai tersebut?

Misalnya, ketika mahasiswa UT terdaftar pada program studi Ekonomi Pem­bangunan, dia bisa mengambil mata kuliah di Fakultas Hukum. Ketika mereka mengambil mata kuliah di Fakultas Hukum, perolehan nilai dari mata kuliah itu, diregistrasikan, dan dikomunikasikan di internal UT, agar hasilnya diakui. Jadi, bisa menggantikan jumlah SKS di program studi Ekonomi Pembangunan. Yang penting, total 144 SKS wajib ditempuh.

Baca juga: UT Kembali Peroleh Gelar Akreditasi A bagi Program Magister Pendidikan Dasar

Namun begitu, tetap ada core curriculum (kurikulum inti) yang harus ditempuh dari fakultas asalnya, Ekonomi Pembangunan, mungkin sekitar 90 SKS, nanti sisanya bisa diambil dari program studi lain di UT atau program studi perguruan tinggi lain. Namun, ini harus berada di bawah koordinasi fakultas masing-masing. Perguruan tinggi ini harus bekerja sama dengan UT dan memiliki izin dari kementerian.

Ketika mereka mengambil mata kuliah di tempat lain atau melalui skema lain, di industri atau lembaga lain, misalnya magang di perban­kan, itu juga harus bekerja sama dengan UT. Saat mereka magang, kami memberikan edukasi dan pendekatan kepada mitra, jangan sampai saat mahasiswa kami masuk di sana tidak tercapai kompetensinya. Kan bisa saja, saat magang di industri, tetapi malah disuruh buat kopi atau teh. Tidak fokus pada kompetensi yang kami harapkan.

Dengan metode pembelajaran tersebut, bagaimana manfaat bagi UT?

Bagi UT, program Merdeka Belajar ini seperti rahmat luar biasa. Sebab, kini banyak perguruan tinggi negeri dan swasta didorong mengambil mata kuliah daring ke UT. Bahkan UT jadi pilihan strategis bagi perguruan tinggi saat pandemi. Secara ekonomis, kami mendapat penghasilan dari program mata kuliah daring. Di sisi lain, UT semakin dikenal masyarakat.

Jadi, kesiapan UT tidak terlalu banyak untuk program Merdeka Belajar?

Ya, kami sudah siapkan dari awal. Untuk mendirikan UT, butuh anggaran amat besar. Alhamdulillah, UT sudah membangun infrastruktur sangat kuat.

Langkah visioner yang sudah dilakukan UT untuk menerjemahkan Merdeka Belajar apa saja?

Langkah kami saat ini bagaimana memperkukuh infrastruktur UT sebagai perguruan tinggi negeri yang mapan dalam pembelajaran secara jaringan.

Jadi UT kini semakin me­ngukuhkan jati dirinya se­bagai perguruan tinggi terdepan dalam pembelajaran secara jaringan.

Kami diberikan keperca­ya­an dari Kemendikbudristek untuk menjadi Ketua konsorsium Indonesia Cyber Education Institute (ICE-I). Anggota­nya ada banyak perguruan tinggi terkemuka di Tanah Air seperti, UI, UNJ, IPB, Binus dari PTS, UGM juga ada. Ada sekitar 16 perguruan tinggi menjadi anggota.

Baca juga: Tingkatkan Kualitas SDM, UT Jalin Kerja Sama dengan Pemkab Pandeglang dan Bentani College of Hospitality

Di bawah koordinasi UT, kami menyediakan pembelajaran secara jaringan. ICE-I itu sebagai marketplace, dari perguruan tinggi manapun asalnya, bisa mengambil mata kuliah di UT. Itu bagian dari pengampuhan program Merdeka Belajar yang diakui di kurikulum masing-masing.

Langkah strategis ini makin dikukuhkan. Kami juga bekerja sama dengan Harvard University, mata kuliah yang ditawarkan bisa diakses di ICE-I UT. Mahasiswa Indonesia bisa akses ke sini, secara gratis, dan tentu manfaatnya sangat luar biasa.

Sebab banyak mata kuliah yang ditawarkan perguruan tinggi terkenal dari Amerika, Eropa, bahkan Asia. Termasuk Asia itu dari Tionghoa. Itu kan ­suatu keberuntungan karena memberikan kesempatan mahasiswa Indonesia yang mau mengakses mata kuliah bermutu dari dalam dan luar negeri.

Sebagai perguruan tinggi yang menerapkan PJJ, peluang program Merdeka Belajar untuk mendongkrak pembelajaran mahasiswa apa saja?

Yang paling terlihat budaya atau cara belajar secara jarak jauh dengan online learning mode kini makin memasyarakat. Juga terdapat integrasi teknologi dalam proses pembelajaran. Bahkan, tidak hanya pembelajaran, tapi juga pelayanan secara keseluruhan.

Saya bisa mengatakan dengan mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran, kami bisa memberikan layanan lebih masif, berkualitas dengan biaya sangat efisien.

Baca juga: UT Serahkan Kontrak Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2023

Seperti UT, kami bisa melayani 440 ribu mahasiswa. Tetapi, kami tidak butuh sumber daya manusia besar. Investasi kami banyak pada teknologi, kami padat modal dari padat karya.

Contohnya di cabang UT Jakarta, Rawamangun. Orang yang bekerja di sana ada 40 orang, tetapi mahasiswanya ada hampir lebih dari 40 ribu. Amat penting bagi insan perguruan tinggi untuk banyak belajar memahami dan mengintegrasikan teknologi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi guna menyambut tren pendidikan masa depan yang harus diantisipasi sejak dini.

Harapan UT bagi pemerintah untuk meningkatkan mutu pembelajaran?

Harapan kami tidak banyak untuk pemerintah. Untuk saat ini, kami ingin dukungan, bagaimana caranya supaya daerah yang akses terhadap internet untuk pembelajaran secara daring bisa semakin masif lagi.

Sebab, saat ini banyak online program services yang kami siapkan tapi tidak bisa dinikmati mahasiswa UT yang tinggal di puncak bukit, daerah terpencil, karena mereka terbatas aksesnya.

Harapan kami infrastruktur secara masif bisa hadir di seluruh wilayah, khususnya wilayah Indonesia bagian Timur. (S2-25)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat