visitaaponce.com

Tafsir Al-Anam Ayat 101 tentang Allah Pencipta Segala Sesuatu

Tafsir Al-An'am Ayat 101 tentang Allah Pencipta Segala Sesuatu
Sejumlah warga lanjut usia (lansia) belajar membaca Al-Quran di Pondok Iqro Pengajian Al-Quran Usia Lanjut (PAUL), Desa Sukadanau, Cikarang.(Antara/Fakhri Hermansyah.)

TAFSIR Al-Qur'an kali ini mengupas Surat Al-An'am ayat 101. Ayat tersebut merupakan penegasan Allah subhanahu wata'ala bahwa Dia Pencipta segala sesuatu dengan sejumlah konsekuensinya.

Bagaimana penjelasan lebih lengkapnya? Berikut pemaparan oleh Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri, Jawa Timur.

Surat Al-An'am ayat 101

بَدِیعُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِۖ أَنَّىٰ یَكُونُ لَهُۥ وَلَدࣱ وَلَمۡ تَكُن لَّهُۥ صَـٰحِبَةࣱۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَیۡءࣲۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمࣱ

Badii'us samaawaati wal ardh, annaa yakuunu lahuu waladuw wa lam takul lahuu shaahibah, wa khalaqa kulla syai', wa huwa bikulli syai in 'aliim.

Baca juga: Tafsir Surat Asy-Syura Ayat 11 tidak Ada yang Menyerupai Allah

 

Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia punya anak padahal Dia tidak punya istri? Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu.

Penjelasan

"Ayat ini menjelaskan tentang beberapa sifat Allah ta'ala," kata Asyari sebagai pembuka tafsirnya.

بَدِیعُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِۖ

Ayat ini menjelaskan bahwa di antara nama Allah ialah Al-Badii'. Maknanya, Allah zat yang menciptakan makhluk tanpa ada contoh sebelumnya.

Baca juga: Tafsir Ayat Allah Maha Kuasa terhadap Segala Sesuatu
 

Allah menciptakan langit sebanyak tujuh lapis. Demikian juga Bumi diciptakan tujuh lapis.

Ini sesuai dengan firman Allah ta'ala di Surat Ath-Thalaq ayat 12.

ٱللَّهُ ٱلَّذِی خَلَقَ سَبۡعَ سَمَـٰوَ ٰ⁠تࣲ وَمِنَ ٱلۡأَرۡضِ مِثۡلَهُنَّۖ

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.

Baca juga: Tafsir Surat Al-Anbiya Ayat 22: Tuhan Mustahil Berbilang

 

Firman Allah ta'ala yang lain di Surat Hud ayat 7.

وَهُوَ ٱلَّذِی خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضَ فِی سِتَّةِ أَیَّامࣲ

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa atau hari.

Bumi dengan segala isinya, langit dengan segala isinya, serta semua yang berada di antara langit dan bumi diciptakan selama enam hari dimulai dari hari Ahad sampai dengan hari Jumat. Manusia ialah jenis makhluk yang terakhir diciptakan, yaitu pada Jumat setelah asar.

Baca juga: Ayat Kursi dengan Terjemahan dan Tafsir Sekilas
 

"Hikmah penciptaan alam semesta dalam enam hari ialah mengajarkan taanni (perlahan-lahan/tidak tergesa-gesa) dalam segala sesuatu. Ini karena jika Allah berkehendak, mudah bagi Allah untuk menciptakannya dalam sekejap," tuturnya.

Namun ada tafsir ulama lain menyebutkan bahwa enam hari ini bukan hitungan sekarang, tetapi hitungan di alam lain. Pada Surat Al Hajj ayat 47 diterangakn sehari di akhirat sama dengan 1.000 tahun hitungan dunia. Di Surat Al-Ma'arij ayat 4 dijelaskan bahwa sehari setara dengan 50 ribu tahun.

أَنَّىٰ یَكُونُ لَهُۥ وَلَدࣱ وَلَمۡ تَكُن لَّهُۥ صَـٰحِبَةࣱۖ

Ayat ini menjelaskan bahwa mustahil bagi Allah memiliki anak dan istri. Ayat ini membantah keyakinan orang Nasrani yang meyakini Allah punya istri dan anak.

Baca juga: Surat Al-Ikhlas dan Terjemahannya, Penyebab Turun, Tafsir Sifat Allah
 

Kenapa mustahil Allah memiliki anak dan istri? Ini karena jika Allah memiliki anak dan istri niscaya akan serupa dengan makhluk. Padahal tidak mungkin secara akal, sang Pencipta serupa dengan ciptaan-Nya.

Itu disampaikan Al-Imam Abu Hanifah.

انى يشبه الخالق مخلوقه

Tidak mungkin Pencipta menyerupai ciptaannya.

Baca juga: Tafsir Al-Maidah Ayat 44 tentang Orang Berhukum selain dari Allah
 

Jika Allah memiliki anak niscaya Dia induk dari sesuatu, terpisah dari-Nya sesuatu yang lain. Padahal menempel dan terpisah ialah sifat makhluk.

Sedangkan Allah ialah al Khaliq, tidak boleh disifati dengan sifat makhluk. Yang punya sifat seperti makhluk disebut makhluk bukan Al-Khaliq.

وَخَلَقَ كُلَّ شَیۡءࣲۖ

Allah ialah pencipta segala sesuatu (Al-Khaliq) dengan makna mengadakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Semua yang ada di alam semesta ini ialah ciptaan Allah, tidak ada pencipta selain hanya Allah.

Baca juga: Nabi Muhammad Ibarat Cahaya, ini Dalil-Dalil Ulama Tafsir
 

Ayat itu semakna dengan ayat-ayat yang lain. Berikut contohnya.

وَخَلَقَ كُلَّ شَیۡءࣲ فَقَدَّرَهُۥ تَقۡدِیرࣰا

Dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (Surat Al-Furqan ayat 2).

قُلِ ٱللَّهُ خَـٰلِقُ كُلِّ شَیۡءࣲ وَهُوَ ٱلۡوَ ٰ⁠حِدُ ٱلۡقَهَّـٰرُ

Katakanlah, "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa." (Surat Ar-Ra'd ayat 16).

Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 23 Umat yang Satu hingga Nabi Idris
 

هَلۡ مِنۡ خَـٰلِقٍ غَیۡرُ ٱللَّهِ یَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِۚ

Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? (Surat Fathir ayat 3).

Allah ialah pencipta makhluk dan perbuatan makhluk. Ini diterangkan Surat Ash-Shaffat ayat 96.

وَٱللَّهُ خَلَقَكُمۡ وَمَا تَعۡمَلُونَ

Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.

Allah pencipta perbuatan yang baik dan pencipta perbuatan yang buruk. Ini dijelaskan dalam Surat Al-Falaq ayat 2.

مِن شَرِّ مَا خَلَقَ

dari kejahatan makhluk-Nya.

Allah pencipta perbuatan ikhtiyariyah (perbuatan yang terjadi dengan kehendak manusia) dan perbuatan idlthiroriyyah (perbuatan yang terjadi tanpa kehendak manusia). Ini ada dalam Surat Al-An'am ayat 162.

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِی وَنُسُكِی وَمَحۡیَایَ وَمَمَاتِی لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ

Katakanlah, "Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam."

Salat dan nusuk (menyembelih kurban) ialah contoh perbuatan ikhtiyariyyah. Hidup dan mati ialah contoh perbuatan idlthiroriyah. Ditegaskan dalam ayat ini bahwa semua milik dan ciptaan Allah ta'ala.

Waspadalah terhadap akidah qadariyah. Mereka mengatakan perbuatan ikhtiyariyyah bukan ciptaan Allah, tetapi ciptaan manusia itu sendiri.

وَهُوَ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمࣱ

Allah ta'ala maha mengetahui terhadap segala sesuatu. Kata شَیۡءٍ dalam ayat ini berbeda dengan kata شَیۡءٍ dalam ayat yang menjelaskan sifat qudrah. Ini karena dalam ayat ini, kata ini mencakup keseluruhan (wajib aqli, mustahil aqli, dan jaiz aqli), berbeda dalam ayat tentang qudrah yang hanya mencakup sesuatu yang jaiz aqli.

Ilmu Allah itu azali (tidak berpermulaan) dan abadi (tidak berakhiran). Ayat yang zahirnya seolah-olah menunjukkan ilmu Allah baru, harus dipahami dengan benar. Berikut contohnya.

ٱلۡـَٔـٰنَ خَفَّفَ ٱللَّهُ عَنكُمۡ وَعَلِمَ أَنَّ فِیكُمۡ ضَعۡفࣰاۚ فَإِن یَكُن مِّنكُم مِّا۟ئَةࣱ صَابِرَةࣱ یَغۡلِبُوا۟ مِا۟ئَتَیۡنِۚ وَإِن یَكُن مِّنكُمۡ أَلۡفࣱ یَغۡلِبُوۤا۟ أَلۡفَیۡنِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِینَ

Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (Surat Al-Anfal ayat 66).

Firman Allah وَعَلِمَ أَنَّ فِیكُمۡ ضَعۡفࣰاۚ tidak berarti bahwa Allah baru mengetahui kelemahan umat Islam sekarang, tetapi makna ayat tersebut yaitu sekarang Allah meringankan beban umat Islam (dalam peperangan dari 1 lawan 10 menjadi 1 lawan 2) dan Allah mengetahui pada azal bahwa ada kelemahan pada diri mereka. Penjelasan tentang keluasan ilmu Allah telah dijelaskan pada penafsiran ayat akidah sebelumnya. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat