visitaaponce.com

Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 15 Iman tanpa Keraguan

Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 15 Iman tanpa Keraguan
Seorang jemaah mengaji di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (23/3/2023).(MI/Usman Iskandar.)

ORANG Islam mesti memiliki keimanan kepada Allah subhanahu wata'ala dan Nabi Muhammada shallallahu alahi wasallam tanpa ada keraguan sedikit pun. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 15. 

Bagaimanakah tafsir Surat Al-Hujurat ayat 15 terkait keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya tanpa keraguan? Berikut penjelasannya oleh Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri, Jawa Timur.

Al-Hujurat ayat 15
 
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ

Innamal mu' minuunal ladziina aamanuu billaahi wa rasuulihii tsumma lam yartaabuu wa jaahaduu bi amwaalihim wa anfusihim fii sabiilillaah, ulaa ika humush shaadiquun.

Baca juga: Tafsir Ali Imran 19: Islam Diridai Allah dan Agama para Nabi

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu serta mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka kepada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

Penjelasan

Yang dibahas kali ini fokus pada potongan ayat Surat Al-Hujurat ayat 15.

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ یَرۡتَابُوا۟

Innamal mu' minuunal ladziina aamanuu billaahi wa rasuulihii tsumma lam yartaabuu.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu.

Baca juga: Tafsir Al-An'am 103 Manusia tidak Dapat Melihat Allah di Dunia

"Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka tidak ragu-ragu," tutur Asyari.

Beriman kepada Allah berarti meyakini bahwa Allah itu ada dan Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya, ada tanpa permulaan dan tanpa penghabisan. Dia bukan benda dan tidak disifati dengan sifat benda. Allah ada tanpa tempat dan arah.

Baca juga: Tafsir Al-Qiyamah Ayat 22-23 di Akhirat Allah Dapat Dilihat

Berikut perkataan Al-Imam Ahmad Ar-Rifa'iy radhiyallahu 'anhu.

غاية المعرفة بالله الايقان بوجوده تعالى بلا كيف ولا مكان

Puncak dari makrifatullah (pengenalan seseorang kepada Allah) ialah meyakini (tanpa ragu) keberadaan Allah dengan tanpa kaif (sifat makhluk) dan ada tanpa tempat.

Baca juga: Tafsir Ibrahim Ayat 10 tidak Ada Keraguan tentang Keberadaan Allah

Beriman kepada Rasulullah berarti meyakini dengan tanpa ragu bahwa Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththolib bin Hasyim bin Abdi Manaf yang berasal dari suku Quraisy ialah hamba dan utusan Allah.

Beriman kepada Rasulullah juga berarti membenarkan semua yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, baik tentang hal-hal yang telah terjadi pada masa lalu, hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang baik di dunia, alam kubur, maupun akhirat, dan tentang tahlil (penghalalan) dan tahrim (pengharaman) suatu perkataan atau perbuatan.

Baca juga: Tafsir Al-Qur'an Berbahasa Arab dengan Kalam Allah bukan Huruf

Terkait itu, As Syaikh Ahmad al Marzuki menanggapinya.

وكل ما أتى به الرسول # فحقه التسليم والقبول

Setiap sesuatu yang dibawa Rasul, haknya ialah untuk diterima.

Baca juga: Tafsir An-Nisa 164: Kalam Allah bukan Huruf dan Suara

"Ayat di atas juga menjelaskan bahwa ragu-ragu terhadap Allah dan Rasul-Nya ialah kekufuran," tutur Asyari. Ragu terhadap Allah yang termasuk kekufuran yakni ragu terhadap adanya Allah, ragu terhadap kekuasaan Allah, ragu terhadap kemahatahuan Allah, ragu terhadap keesaan Allah, dan meragukan salah satu sifat wajib Allah yang lain. 

Ragu terhadap Rasulullah yang tergolong sebagai kekufuran yaitu ragu terhadap kerasulan nabi Muhammad atau apakah Muhammad itu Rasul Allah atau bukan. 

Baca juga: Tafsir An-Najm Ayat 42: Zat Allah tidak Dapat Dibayangkan

Keraguan itu muncul karena ilmu yang belum ada atau sedikit. Untuk menghilangkan keragu-raguan itu yaitu dengan ilmu sampai menemui keyakinan. Tidak ada obat yang paling manjur dalam mengobati keraguan kecuali ilmu yang diyakini. Wallahu a'lam bish shawab. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat