visitaaponce.com

Kementan Latih Petani CSA Membuat Bakteri Fotosintesis di Pinrang, Sulsel

Kementan Latih Petani CSA Membuat Bakteri Fotosintesis di Pinrang, Sulsel
Kegiatan pelatihan pembuatan bakteri fotosintesis diikuti petani CSA di Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang, Sulsel.(Ist)

PEMBUATAN bakteri fotosintesis atau photosyntetic bacterial [PSB) hanya bermodalkan Rp 5.000 alias goceng saja menjadi tema sentral kegiatan ´Penyebaran Teknologi CSA berbasis Spesifik Lokasi´ bagi petani berwawasan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Kegiatan pelatihan pertanian ini diikuti petani CSA Penerima Manfaat SIMURP di Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang, Sulsel, baru-baru ini.

Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) yang difasilitasi oleh BPP Watang Sawitto bagi petani CSA dari kelompok tani (Poktan) Siporennu 1 H di Kelurahan Siparappe.

Baca juga: Mentan Andi Amran Sulaiman Minta KPK Berkantor Lagi di Kementan

Manfaat FSB antara lain membantu penyediaan nitrogen bagi segala jenis tanaman, mengurangi Hydrogen Sulfida (gas beracun) agar akar tanaman tumbuh lebih baik, membantu tanaman menyerap unsur hara (pupuk) lebih baik, dan mendukung peningkatan kekebalan tanaman terhadap hama dan penyakit.

Fasilitasi BPP Watang Sawitto bagi petani CSA Pinrang sejalan instruksi Presiden Jokowi bahwa peran penyuluh sangat vital dalam mendampingi dan mengawal petani melakukan budidaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian hingga penanganan pasca panen dan pemasaran hasil pertanian.

Penyuluh Merupakan Kunci Pembangunan Pertanian

Plt Menteri Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi mengingatkan bahwa penyuluh di bawah koordinasi BPP merupakan kunci sukses pembangunan pertanian.

"Kehadiran penyuluh harus bisa menjadi juru bicara dan harus mendengarkan keluh kesah para petani. Jika ada masalah, penyuluh berada di depan, dan segera laporkan ke pemerintah daerah hingga pusat," katanya.

Baca juga: Terapkan CSA, Petani Purworejo Buat Pupuk Organik secara Swadaya

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi bahwa petani dan penyuluh menerapkan CSA melalui Program SIMURP untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim global.

"Tujuan yang ingin dicapai Program SIMURP, meningkatkan ketahanan pangan serta mata pencaharian masyarakat pedesaan, serta menerapkan pertanian irigasi secara berkelanjutan," kata Dedi Nursyamsi.

Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan, [Pusluhtan] Bustanul Arifin Caya mengatakan Kelurahan Siparappe di Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang merupakan lokasi kegiatan SIMURP bagi Penerima Manfaat CSA di Provinsi Sulawesi Selatan.

Bakteri Fotosintesis

Kegiatan ´Penyebaran Teknologi CSA berbasis Spesifik Lokasi´ bagi petani CSA dari kelompok tani (Poktan) Siporennu 1 H di Kelurahan Siparappe dipimpin oleh Koordinator BPP Watang Sawitto, H Kaharuddin.

H Kaharuddin mengatakan bahwa pembuatan bakteri fotosintesis (PSB) merupakan salah satu faktor tumbuh kembang tanaman yang sangat dipengaruhi oleh makanan yang diproduksi pada proses fotosintesis yang disalurkan ke semua bagian tanaman.

"Ketika fotosintesis dapat berlangsung optimal, akan berdampak pada cepatnya pertumbuhan akar, batang, daun, bunga dan berproduksi secara maksimal," katanya.

Kendati demikian, Kaharuddin mengingatkan fotosintesis tidak akan optimal, apabila hanya mengandalkan proses alami melalui cahaya matahari secara efektif bagi tanaman pada pukul 06.30 - 10.00 dan 14.00 - 17.00 waktu setempat.

"Perlu campur tangan manusia melalui bakteri perangsang atau dikenal dengan PSB, singkatan dari Photosyntetic Bacterial atau Bakteri Fotosintesis. Modalnya sekitar Rp5.000 berupa telur dan bumbu penyedap rasa, mendorong tanaman terus melakukan fotosintesis sepanjang hari," katanya.

Baca juga: Bantu Akses Modal dan Pasar, Petani CSA Purworejo Ikuti Temu Usaha 

Kaharuddin mengatakan bahan membuat FSB berupa air bersih sebanyak tiga liter, dua butir telur, dua sendok makan penyedap rasa [micin] dan saos tiram dua sendok makan lalu dimasukkan ke dalam botol air mineral ukuran satu liter.

"Cara membuatnya, aduk seluruh bahan sampai rata. Isi air tidak sampai penuh ke dalam tiga botol air mineral, masing-masing satu liter. Hasil adukan tersebut masukkan ke botol mineral, lalu dikocok sampai homogen," katanya.

Langkah selanjutnya, kata Kaharuddin, jemur botol berisi cairan FSB di bawah terik matahari maksimal 35 hari, hingga berwarna merah maron.

Cara pengaplikasiannya, campur tiap 5 mililiter [ml] cairan FSB dengan satu liter air untuk disemprotkan pada bagian tanaman di pagi hari, pukul 07.00 hingga 09.30.

Baca juga: Kementan Latih Jutaan Petani dan Penyuluh Pertanian Genjot Produktivitas

Pendamping Program SIMURP Sulsel bahwa ada empat unsur/komponen dalam proses fotosintesis yakni air [H2O] yang didapat tanaman dari dalam tanah diserap akar secara optimal; klorofil [zat hijau daun]; cahaya matahari; dan karbondioksida [CO2] dari udara masuk melalui stomata.

PPK SIMURP Provinsi Sulawesi Selatan, Hartati mengatakan penggunaan FSB menunjang pencapaian output Program SIMURP, khususnya mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) karena tanaman lebih maksimal menyerap CO2, salah satu gas pemicu pemanasan global.

"Dari kegiatan tersebut, petani CSA dapat memproduksi PSB secara mandiri, untuk meningkatkan produktivitas dan menambah pendapatan. Proses pembelajaran teknologi CSA juga mendorong petani CSA Sulsel melakukan replikasi pada petani Non CSA di sekitarnya," kata Hartati. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat