visitaaponce.com

Petani CSA Sukses Tingkatkan Produktivitas Panen Padi di Pinrang, Sulsel

Petani CSA Sukses Tingkatkan Produktivitas Panen Padi di Pinrang, Sulsel
Kegiatan FFD di Pinrang, Sulawesi Selatan, melibatkan berbagai elemen masyarakat.(Ist)

DALAM upaya meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) berusaha meningkatkan produksi padi untuk memenuhi kebutuhan 273 juta jiwa penduduk Indonesia.

Kementan bersama program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) yang dinaungi oleh Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP turut berperan terhadap kesejahteraan petani melalui teknologi budidaya Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA).

Program SIMURP sejalan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kepada jajarannya di Kementan maupun dinas terkait di daerah untuk melakukan akselerasi peningkatan luas tanam dan produksi padi untuk 2024.

Baca juga : Pj Sekda Pinrang Dorong Petani CSA Tingkatkan Produktivitas Pertanian

“Tidak ada basa basi dalam membangun negeri ini. Kerja saja. Pertanian Indonesia hebat. Tahun 2017 swasembada, 2019 swasembada, 2020 swasembada. Berarti kita bisa,” katanya.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian BPPSDMP Dedi Nursyamsi menegaskan tentang manfaat teknologi CSA dari SIMURP untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim global seperti fenomena El Nino, yang saat ini melanda Indonesia.

"Menghadapi musim kemarau panjang atau El Nino yang diprediksi mulai Juli hingga September 2023, Kementan mengimbau dinas pertanian provinsi serta kabupaten dan kota memanfaatkan sumber air yang ada," katanya.

Baca juga : KEP Pinrang Terpilih Wakili Sulsel Jadi Nomine Peraih Penghargaan CSA 2023

Teknologi CSA, menurut Dedi, merupakan pendekatan pada pengembangan strategi pertanian untuk memastikan keberlanjutan ketahanan pangan di tengah dampak perubahan iklim.

Begitu pula yang diupayakan Program SIMURP di Kabupaten Pinrang, Sulsel, perubahan positif terlihat meskipun terhitung baru dalam mengikuti program SIMURP, yakni pada 2021, namun hasil produksi dan indeks produksi menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Keberhasilan tersebut mengemuka pada kegiatan Temu Lapang Petani atau Farmer Field Day (FFD) atau yang lebih dikenal sebagai panen raya berlangsung di Kecamatan Mattiro Sompe, Pinrang, belum lama ini.

Baca juga : Dukung Keberlanjutan, Kementan dan Pemprov Sulsel Evaluasi dan Koordinasi CSA

Kegiatan FFD melibatkan berbagai elemen masyarakat termasuk Sekretaris Daerah, satuan TNI dan Polri dan Camat Mattiro Sompe.

Sebelum FFD, petugas statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pengambilan data pada Demplot Kelompok Tani (Poktan) Dara Kapa IV.

Hasil pengukuran menunjukkan, ubinan sebesar 4,94 Kg atau setara 7,90 ton/ha gabah kering  panen (GKP) dengan Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 dengan tanam benih langsung .

Baca juga : Kementan Dukung Produk Pertanian CSA di Pinrang Tembus Toko Swalayan

Sementara itu, Poktan Dara Kapa III mencapai hasil ubinan sebesar 4,82 Kg atau setara dengan 7,71 ton/ha GKP menggunakan sistem tanam Jajar Legowo 2:1 dengan tanam pindah (Tapin).

Hal ini menjadi dasar pertimbangan bagi petani, yang dapat melihat bahwa sistem tanam Legowo 2:1 Tabela menghasilkan 190 kg/ha lebih tinggi dibandingkan dengan sistem Tapin.

Selain peningkatan hasil Demplot, wilayah yang termasuk dalam Scale Up Experiment juga mencatat kenaikan produktivitas dari musim sebelumnya, dengan rata-rata hasil produksi saat ini mencapai 7,18 ton/Ha.

Baca juga : Replikasi CSA, Pemkab Bone Dorong Petani Gunakan Pupuk Organik

Jika dibandingkan hasil produksi sebelum menerapkan teknologi CSA, wilayah Pinrang awalnya menghasilkan rata-rata 6,80 ton/ha, namun setelah menerapkan teknologi CSA, rata-rata produksi di Demplot meningkat menjadi 7,79 ton/ha.

Artinya, terjadi peningkatan produksi rata-rata satu ton per hektare. Selain peningkatan produksi, ternyata penerapan teknologi CSA juga berdampak positif dalam menekan biaya produksi dengan pengurangan penggunaan pestisida kimia dan pupuk sekitar 100 hingga 150 kg/ha.

Diungkapkan pula tentang keberlanjutan program atau replikasi kegiatan SIMURP di masa mendatang, karena pengaruhnya terhadap produksi di lokasi SIMURP.

Baca juga : Kementan Dorong Petani Lombok Tengah Percepat Capaian Target CSA

Meskipun diterjang badai El Nino hampir sepanjang 2023, apresiasi diberikan pada petani dan seluruh pemangku kepentingan, karena semangat menerapkan CSA SIMURP nyatanya membuat produktivitas dan hasil panen sangatlah memuaskan.(S-4)

 

Baca juga : Pemkab Serdang Bedagai Akui Pertanian CSA Tingkatkan Hasil Panen

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat