visitaaponce.com

Menyelami Teori Puisi Rusia Abad ke-18

Menyelami Teori Puisi Rusia Abad ke-18 
Ilustrasi Anna Resmini(Ilustrasi Anna Resmini)

PERPUISIAN abad ke-18 Rusia boleh dibilang semacam babak perkembangan dan pembentukan. Sebuah abad di mana para pesastra memperoleh tatanan dan bentuk yang ketat. Hukum versifikasi yang tampaknya tak tergoyahkan pun dirumuskan. 

Para penyair teoretikus pun ramai-ramai melanggar pakem-pakem abad sebelumnya. Seolah tidak tahan dengan batasan-batasan kaku. Itu mungkin bukan kebetulan dalam sejarah puisi Rusia. 

Sebagaimana dianggap tidak terkait dengan tatanan dalam kehidupan masyarakat, namun bagi individu-individu tertentu sangat berdampak. Itu telah memengaruhi jalan sejarah kreativitas. 

Baca juga : Puisi Tak Pernah Selesai Ditulis 

Sederet tokoh penting ambil bagian. Mereka menghadirkan dalil-dalil dan karya-karya terbaik. Ada sejumlah nama-nama terkemuka yang mencuat ke permukaan. Mereka selalu diingat dalam perjalanan sejarah perpuisian di Rusia. 

Vasily Trediakovsky 

Cikal bakal puisi Rusia dalam arti modern ialah kehadiran Vasily Trediakovsky (1703-1769). Ia pernah menerjemahkan novel pengarang Prancis Paul Tallemant (1642-1712) berjudul Berkendara ke Pulau Cinta (Le voyage a lile dAmour). 

Baca juga : Puisi-puisi Hafizah Aida

Dalam publikasi novel tersebut, Trediakovsky memuat puisinya sendiri. Dari semua ketidaksempurnaannya, ia kemudian diejek, namun idenya akhirnya diterima secara luas. Trediakovsky adalah salah satu tonggak penting dalam perjalanan puisi di sana. 

Sebelum abad ke-18, puisi Rusia hidup dalam bentuk legenda, cerita rakyat, dan himne gereja. Tujuannya berbeda-beda, yaitu untuk mengajar, membangun, menginspirasi, mencatat fakta sejarah dan tradisi rakyat, serta menjadi wadah lisan sebagai doa. 

Perasaan pribadi para penulis semacam berada di luar bidang minat mereka. Dunia kepengarangan itu sendiri tidak terlalu penting. Mereka tidak menganggap perlu untuk memberikan karyanya dengan tanda tangan, misalnya, namun Trediakovsky mampu merubah semuanya. 

Baca juga : Puisi-puisi Robert Rozhdestvensky

Berbicara tentang tanda tangan, saya sempat merasakan fungsinya di zaman kekinian. Setiap kali mengirimkan manuskrip untuk dipublikasikan di jurnal penelitian Rusia. Redaksi selalu meminta untuk membubuhi tanda tangan di halaman terakhir. 

Barangkali, jejak Trediakovsky inilah yang digunakan dalam berbagai kegiatan tulis-menulis. Untuk urusan administrasi, Rusia memang sangat ketat. Puisi, esai, dan artikel adalah karya sehingga perlu untuk diperhatikan secara khusus. 

Trediakovsky berani bereksperimen, termasuk dengan teknik versifikasi (trochee tiga kaki, penghilangan tekanan di catatan kaki, dan transisi dari versi suku kata ke suku kata-tonik). Trediakovsky memperkenalkan genre baru itu lewat syair indah dan lirik patriotik. 

Baca juga : Puisi-puisi Krisnaldo Triguswinri

Versifikasi adalah teori filsafat positif logis yang diadaptasi ke bidang puisi. Teori ini menjabarkan tentang pengalaman adalah satu-satunya sumber dasar pengetahuan. Pada analisis logis, biasanya dapat dilakukan dengan bantuan simbol-simbol logika. Tak mengherankan, ada pesan dan permainan logika di dalam puisi. 

Trediakovsky memahami hal tersebut sehingga ia jabarkan secara detail. Pembalikan yang rumit, suku kata berukir, metafora, dan perbandingan yang tidak dapat diprediksi menjadi teorinya. Bentuk-bentuk pelepasan dari bahasa sehari-hari dan kehidupan sehari-hari memikat imajinasinya. 

Trediakovsky mampu melakukannya sebagai inovator di bidang bahasa puitis. Pada 1735, ia menerbitkan sebuah risalah. Judulnya "Cara Baru dan Ringkas Menyusun Puisi Rusia dengan Definisi Judul yang Tepat". Memuat dan menguraikan sebagian besar gagasannya. 

Baca juga : Puisi-puisi Andi Wirambara

Buku lawas itu masih dicetak sampai kini. Penerbit Direct Media, Moskwa, dipilih untuk menyebarkan buku-buku Trediakovsky. Lewat risalah itulah, Trediakovsky kian diakui sebagai penyair 'dewa' dan ilmuwan terkenal. Ia menempatkan perubahan bentuk dan gaya dalam perpuisian Rusia. 

Mikhail Lomonosov 
Tokoh kharismatik serba bisa ini selalu dipuja sampai hari ini. Adalah Mikhail Lomonosov (1711-1765), seorang fisikawan namun banyak menekuni perpuisian. Ia mempelajari "cara baru dan singkat" ala Trediakovsky secara cermat dan kritis. Teori-teorinya digunakan dalam pendidikan sastra dan bahasa. 

Lomonosov menghargai langkah-langkah inovatif Trediakovsky, tetapi pada saat yang sama, ia menghapus batasan. Terutama, pada warisan tradisi Barok yang sudah usang. Lomonosov menilai tradisi Barok menghambat pengembangan puisi saat itu. 

Baca juga : 5 Contoh Puisi tentang Lingkungan, Langkah-langkah Menulis Puisi yang Baik 

Periode Barok berlangsung pada abad ke-17 hingga ke-18 di Barat. Era dalam seni yang berasal dari Italia pada abad ke-17 dan berkembang di tempat lain hingga abad ke-18. Periode Barok mencakup lukisan, patung, arsitektur, seni dekoratif, puisi, dan musik. 

Pada 1739, Lomonosov mengirimkan risalah ke Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia. Judulnya, Ode Tentang Kemenangan atas Turki dan Tatar serta Tentang Penangkapan Khotyn. Ia juga melampirkan sebuah surat tentang Aturan Puisi Rusia. 

Dia menggambarkan 30 dimensi puitis dan menyatakan kesetaraan estetika dan preferensi. Dalam hal ini, pandangannya berlawanan dengan pandangan Trediakovsky, yang menganggap dimensi koreografi yang terbaik dan paling alami untuk bahasa Rusia. 

Baca juga : Selamat Jalan Penyair Lev Rubinstein

Nah, surat itu semacam 'jimat'. Lomonosov gunakan sebagai bahan presentasi di depan senat. Memuat sistem pidato puitis. Dari situlah, kelak akan menjadi dasar bangunan megah warisan puitis Rusia di abad-abad selanjutnya. 

Dalam suratnya, Lomonosov merumuskan teori tiga gaya. Ketiganya ialah puisi bahasa tinggi, sedang, dan rendah. Ia menentukan area aplikasi genre untuk masing-masing gaya. Pertama, gaya bahasa tinggi, yaitu terdiri dari kombinasi kata-kata Slavonik Gereja, kata-kata yang umum untuk Slavonik Gereja, dan bahasa Rusia. Dinilai cocok untuk puisi dan ode heroik. 

Kedua, gaya bahasa sedang. Terdiri dari kata-kata bahasa Rusia, yang tidak ada dalam buku-buku gereja. Fungsinya sebagai bahasa satir, tragedi, elegi, syair, dan pesan ramah puitis. Terakhir, gaya bahasa rendah, yaitu hanya terdiri dari kata-kata sehari-hari. Gaya ini hanya berlaku di bidang komedi, epigram, dan lagu. 

Baca juga : Puisi-puisi Ngadi Nugroho

Trediakovsky dan Lomonosov berhasil melakukan penelitian teoretis mereka di bidang versifikasi. Itu sebagai dasar menentukan seluruh jalur puisi Rusia masa depan. Bentuk-bentuk puitis yang dijelaskan oleh mereka akan digunakan. Tidak hanya oleh penyair di zaman itu, tetapi juga oleh penyair di setiap zaman. 

Alexander Sumarokov 
Karya puisi Alexander Sumarokov (1717-1777) adalah puisi klasik. Itu nampak dalam bentuk akhirannya. Dia dikenal sebagai tokoh pencipta gaya klasik tinggi di Rusia. Bukunya yang terkenal Horev, Sebuah Tragedi. Ditulis pada tahun 1747 dengan konsep "surat tentang puisi". 

Bagi Sumarokov, Trediakovsky dan Lomonosov adalah guru sekaligus lawan. Ia memiliki perselisihan sastra dengan dua tokoh tersebut. Terutama, tentang sarana puitis yang cocok untuk mengekspresikan pengalaman dan emosi tertentu. 

Baca juga : Puisi-puisi Fitri Wijaya

Di satu sisi, Sumarokov mengadopsi banyak teori dari kedua pendahulunya. Sebaliknya, ia juga menganggap dirinya pembela klasik. Sumarokov ikut menolak bentuk-bentuk Barok yang sudah usang di eranya. 

Ia menyerap semua genre dan bentuk puisi yang dikenal saat itu. Lalu membentuk banyak gaya puisi baru. Ia terbilang berani bereksperimen di bidang versifikasi. Ciri khas karya Sumarokov adalah ketertarikan pada genre gaya tengah dan rendah ala Lomonosov. 

Satir-satirnya menstigmatisasi kesombongan kelas dan kejahatan manusia. Sumarokov juga bertindak sebagai penggagas parodi Rusia. Dalam siklus Wonderful Odes, misalnya, dia mengolok-olok gaya panik Lomonosov. 

Baca juga : Puisi-puisi Resti Istiqomah

Puisi Rusia abad ke-18 semacam benih yang ditaburkan dan ditumbuhkan. Pucuk-pucuknya akan menghasilkan pucuk paling indah. Berkecambah di Zaman Emas dan Zaman Perak dalam sastra Rusia. 

Tanpa Trediakovsky, Lomonosov, dan Sumarokov dengan sekolah mereka, maka tidak akan ada Zaman Emas atau Perak tersebut. Ketiganya telah meletakkan kekayaan dan keindahan puisi Rusia yang benar-benar tiada bandingnya. Sebuah bangsa yang besar selalu memiliki akar perpuisian yang kuat. Ya, sebagai identitas kultural. (SK-1) 

Iwan Jaconiah adalah penyair, editor puisi Media Indonesia, kulturolog, dan penulis buku “Hoi!,” sebuah kumpulan puisi tentang kisah diaspora Indonesia di Rusia. 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat