Puisi-puisi Galeh Pramudianto
![Puisi-puisi Galeh Pramudianto](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/01/3776c7359334505a6c573ecece9751ef.gif)
Tak Ada Lagi Bom Waktu di Sakumu
Ya, ledakan di sekujur tubuhmu-tubuhku tak akan menghantui
tatkala meja hijau telah sehijau gang-gang yang kosmopolit
berbeda kursi, tapi pada akhirnya ketegasan hukum tak menjadi sembelit
Ya, ledakan di sekujur tubuhmu-tubuhku tak akan menghampiri
karena tenggang rasa dan menerima segala warna
adalah bagian dari jejak kami
yang dilalui dari jalan setapak desa
hingga jalan protokol
merentang dari tembok kota
dan jembatan bercokol
dari transportasi massal yang menghela
setiap udara dan langkah kaum pekerja
Ya, kupikir tak ada lagi bom waktu di sakumu-sakuku
karena perundungan di sekolah telah sirna
guru-guru menawarkan pembelajaran diferensiasi
sesuai dengan kompetensi
tak ada gaji sebulan yang viral di media sosial
dan warganet baru tahu detail itu semua
tak ada lagi romantisasi pahlawan dan masuk surga semata
karena perut kosong tak bisa diisi dengan pujian dan doa saja
Ya, kupikir tak ada lagi bom waktu di sakumu-sakuku
karena slogan Indonesia emas bukan pepesan semata
sekarang setelah kau baca puisi ini pada 2045
ternyata tak hanya sekadar nubuat
namun semua terbuat jadi berkat.
Pondok Betung, 2023
1000 Hari Pertama
1/
Inilah emas pertama
sebelum tahun-tahun mendatang
yang kerap disebutkan
bermula dari sepasang perjumpaan
resiliensi di dinding kehamilan
malnutrisi dan anemia patut dijauhkan
2/
Berikutnya inisiasi menyusui dini
bergerak mandiri
menyusur areola
melatih pancaindra
ibu yang berjuang
dan ayah tak seharusnya kelimpungan
karena segalanya sudah dipersiapkan
bila memutuskan untuk menghadirkan aku ke dunia
3/
Kini aku siap menerjang
segala kesusahan hari
dan kesilapan di lanskap oligarki
coba menonjok udara
seperti aktor di film-film adolesen
yang tengah naik mobil
dan berteriak keluar jendela
sementara aku pusat dunia
dalam zoom in kamera
maka empati dan mengalami peristiwa
adalah standar yang harus dibawa
bukan karena jelang hari-hari pemilu
namun sudah harus meresapi ke urat nadimu
untuk apa?
tak perlu disebut
jika pamrih dan ada mau
karena 1000 hari pertama
aku telah dirawat sebaik-baik oleh perjuangan orang tua
maka berjuta-juta hari kemudian
teruslah menanam dan menyiram
karena setelahnya
tengkes bisa diatasi
dan emas yang kita nanti
akan datang di kemudian hari.
Pondok Betung, 2023
Puisi dari Ruang Ganti
Puisi ini lahir dari keringat diaspora pemain timnas
yang sempat dicibir kedatangannya dengan dalih;
mengancam pembinaan pemain lokal
tapi apa yang disebut lokal?
mereka punya warna yang sama
merah putih bukan slogan semata
datang lebih awal saat latihan
setelah semua sesi dilahap
mereka tetap mengambil porsi latihan mandiri
hal yang luput dilakukan
teman seangkatan kami
Cibiran itu perlahan sirna
mereka menunjukan apa itu
bola-bola pendek akurat
bola panjang visioner
daya tahan 120 menit
penyelesaian akhir klinis
tidak dihantui sindrom selebritas
saat namanya melambung ke atas
Tetap menjejak sebagai atlet
tanggung jawab profesi bukan basa-basi
melainkan naluri yang terus diasah setiap hari
membayangkan tahun-tahun panjang disebut
garuda 2045 mendunia bukanlah pepesan kosong
tatkala diaspora dan pemain keturunan bersinergi
dengan semua bakat alami kebanggaan nusantara
bukan sentimen golongan yang menaungi
namun kolaborasi antar lini yang menyertai
Puisi ini lahir dari ruang ganti
saat pelatih asing punya rasa nasionalisme berlipat ganda
itu menjadi teguran bagi kita semua
karena darah mendidih yang menolak menyerah
tak dibatasi mereka lahir di mana
tak ada sekat-sekat batas kebangsaan dan geografis
karena atas nama garuda 2045 mendunia
yang tak lalai kepada semua lapisan generasi
itu harus dipompa bukanlah dilucuti
Puisi ini tak hendak menjadi motivasi usang
yang bicara nyaring hanya untuk dikenang
tak ingin pula menjadi pamflet darurat
yang kesiangan di meja kerjamu
karena tak semua orang percaya
puisi dapat mengubah dunia
terlalu naif bagi siapa saja
Ini hanya puisi yang lahir di ruang ganti
melihat keringat di setiap jersi
dan siap kembali lagi ke lapangan
karena hidup tak hanya 90 menit
peluit wasit hanyalah penanda
bahwa hidup tak perkara mencetak gol saja
tapi bertukar jersi dan peluk hangat di akhir pertandingan
dan ode dari suporter terus bergelora.
Pondok Betung, 2023
Tak Apa Alien Belum Ditemukan
Ini kunjungan pertama kami
debu dan segala kau tahu
pelayaran ini spekulasi
antara mencari dan mencuri
jauh sebelum reptil pertama
dan hewan gigantik tiba
Kami telah meluncur di tanah pejal
dan saling menyusul
di berbagai senyawa dan mikroba
bakteri yang bestari
Ini kunjungan pertama kami
menjelajah antar bintang
melewati galaksi lain
kami yakin kami tak sendiri di semesta ini
ada tetangga bisa dikunjungi
dan kelak menengoknya
bila bosan dengan peradaban
Ini kunjungan pertama dan mungkin terakhir kami
kalian mampu membaca tulisan ini
setelah diam-diam dari kejauhan
kami menyadap seluruh bahasa di planet bumi
dan inilah tersisa: jejak dan enigma bagi semesta
bagi kalian pembaca
Aku membayangkan empat bait di atas yang ditulis alien
dan peninggalan mereka telah kami abadikan
aku membayangkan bila ternyata itu tak terjadi
maka tak apa; tak apa alien belum ditemukan
karena dari sisa itu manusia mengenal fiksi
Ingatan membentang
sepanjang belantara hutan tak dibakar
masih saling mendengar dan berkabar.
Pondok Betung, 2023
Baca juga: Puisi-puisi Uhan Subhan
Baca juga: Puisi-puisi Yana Risdiana
Baca juga: Puisi-puisi Farida Ramadhani
Galeh Pramudianto atau Galeh Pramudita Arianto, pengajar dan pemuisi, lahir di Jakarta, 20 Juni 1993. Buku kumpulan puisinya Asteroid dari Namamu (Yogyakarta: Basabasi, 2019). Ia merupakan peraih Penghargaan Acarya Sastra 2019 dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Puisi-puisi di sini masuk dalam 50 peserta terbaik pada Lomba Cipta Puisi Media Indonesia 2023. Sehari-hari berdomisili di Pondok Aren, Tangerang Selatan dan bekerja sebagai guru di SMA Makarios, Jakarta Barat. (SK-1)
Terkini Lainnya
Tak Ada Lagi Bom Waktu di Sakumu
1000 Hari Pertama
Puisi dari Ruang Ganti
Tak Apa Alien Belum Ditemukan
Khitah Negara pada Sastra Masuk Kurikulum
Masuk Kampus Unggulan berkat Puisi
Pengertian Rima dalam Puisi serta Jenis dan Contoh
10 Syair Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah
Sajak Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah Bagian II
Lima Puisi Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah
92.888 Guru Lulus Program Pendidikan Guru Penggerak
Disiplin Positif dan Asset-Based Thinking: Solusi Tingkatkan Kualitas Pembelajaran
Guru di Pangandaran Curi Komputer demi Judi Online
Pemetaan Guru Madrasah Acuan Kesesuaian Standar Kompetensi
Perlukah ‘Punishment’ jika Anak tidak Masuk Ranking 10 Besar saat Terima Rapor? Bagaimana Cara Menyikapinya?
Polisi Tiongkok Tangkap Tersangka Penusukan Empat Guru Perguruan Tinggi AS
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap