visitaaponce.com

Pasar Hijab Senilai Rp 91 Triliun Per Tahun Dikuasai Produk Impor

Pasar Hijab Senilai Rp 91 Triliun Per Tahun Dikuasai Produk Impor
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas.(Ist)

Berdasarkan data terbaru dari World Economic Forum (WEF), masyarakat Indonesia menghabiskan Rp 91 triliun per tahun untuk belanja lebih dari 1 miliar hijab setiap tahunnya.

Tetapi sangat disayangkan, sekitar 75% masih dikuasai oleh produk-produk impor.

Temuan dari artikel WEF yang ditulis oleh social commerce Evermos tersebut menjadi topik yang sedang hangat diperbincangkan publik, bahkan hingga ke beberapa tokoh masyarakat.

Baca juga : Rute Penerbangan Vietjet, Jakarta-Hanoi, Perkuat Hubungan RI dan Vietnam

Sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbanyak, tak heran jika pasar busana muslim seperti hijab di Indonesia begitu besar.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan,"Besarnya pasar busana muslim di Indonesia ini sudah terbukti. Selama 10 tahun terakhir, negeri kita telah menjadi trendsetter fesyen muslim di dunia."

"Bahkan pada tahun 2022, beragam acara pekan mode muslim nasional hingga internasional telah diselenggarakan," ujarnya.

Baca juga : Kadin DKI Siap Kolaborasi Dukung Apresiasi Kreasi Indonesia 2023

"Lantas mengapa produk lokal hanya menguasai 25% dari pasar hijab tersebut? Jawabannya adalah karena produk-produk impor yang lebih murah mudah sekali masuk ke pasar kita," terangnya.

"Dengan rendahnya tarif, minimnya hambatan masuk ke Indonesia, serta merebaknya platform e-commerce internasional yang memudahkan konsumen membeli barang impor, tentu saja hal ini dapat terjadi," jelas Arsjad Rasjid.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas, yang juga merupakan ahli ekonomi islam menyampaikan, "Hal ini tentu jelas sangat membebani cadangan devisa kita dan juga akan sangat mempengaruhi serta merugikan usaha dalam negeri."

Baca juga : Sandiaga Uno Gandeng Kadin DKI Ciptakan 4,4 juta Lapangan Kerja di 2024

Satu suara dengan kedua tokoh masyarakat sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekrfa) Sandiaga Uno juga memberikan tanggapan terhadap artikel WEF tulisan Evermos tersebut,

"kita harus merebut pasar dan jadi juara di negeri sendiri. Ini peluang usaha yang potensial dan mampu membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat, jadi harus kita optimalkan," jelasnya.

Pemangku kepentingan perlu bekerja sama supaya produk lokal menangkan pasar domestik

Baca juga : Sandiaga: 30 Juta UMKM Ditargetkan Onboarding dan Gabung di E-Katalog

Menurut Anwar Abbas dan Arsjad Rasjid terdapat beberapa pihak yang perlu terlibat untuk dapat merebut kembali pasar hijab Indonesia, yaitu mulai dari para pengusaha, pemerintah, masyarakat sipil, hingga para pemakai hijab.

Anwar Abbas menyampaikan,"Pertama untuk para pengusaha, kita perlu meningkatkan kreativitas dan efisiensi produksi hijab lokal."

"Kita pasti bisa memproduksi barang-barang yang jauh lebih menarik, jauh lebih lebih berkualitas dan jauh lebih murah daripada hasil produksi luar negeri," kata Anwar.

Baca juga : Startup Evermos Dorong Hubungkan Reseller dengan UMKM dan Konsumen

Selaras dengan pemikiran ini, Arsjad menjelaskan bahwa KADIN telah sedang menjalankan beberapa program untuk para pengusaha.

Program-program ini diharapkan dapat melahirkan pengusaha baru dan mendorong UKM untuk meningkatkan skala produksinya dan menangkap pasar yang lebih luas.

Upaya serupa juga dihadirkan oleh Evermos, penulis artikel WEF yang tengah diperbincangkan.

Baca juga : Sandiaga Beberkan Tujuan Pungutan Rp150 Ribu untuk Turis Asing di Bali

Ghufron Mustaqim, CEO dan Co-founder Evermos, menyampaikan "Dengan menghubungkan brand lokal dengan jaringan ratusan ribu reseller aktif kami di seluruh Indonesia, Evermos membantu para pengusaha untuk dapat memperluas pasarnya hingga Sabang dan Merauke."

Anwar melanjutkan dalam tanggapannya,"Kemudian, kita juga mengharapkan pemerintah dapat senantiasa terus mendukung dan memberikan perhatian lebih kepada industri hijab, sehingga pasar hijab dalam negeri benar-benar bisa dikuasai oleh produksi lokal."

Dalam hal ini, Sandiaga Uno menjelaskan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan terus menggenjot sektor ekonomi kreatif.

Baca juga : Tahun Ini, Pemerintah akan Luncurkan Indonesia Tourism Fund

Beberapa genjotan tersebut antara lain dengan memberikan kemudahan untuk pelaku usaha ekonomi kreatif serta meluncurkan berbagai program seperti program Apresiasi Kreasi Indonesia dan program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.

"Bukan hanya Bangga Buatan Indonesia, tapi juga bangga beli produk kreatif lokal. Local pride! Itu yang harus ditanamkan, sehingga potensi luar biasa ini bisa berdampak langsung kepada masyarakat," lanjut Sandiaga Uno.

Proyeksi pasar global fesyen muslim hingga USD 313 miliar, potensi besar untuk Indonesia.

Baca juga : Dinilai Potensial, Indonesia Jadi Fokus Joiway Kembangkan Bisnis

Mengacu pada data WEF, pasar global busana muslim seperti hijab telah mengalami peningkatan sebesar 5,7% dari USD 279 miliar menjadi USD 295 miliar di tahun 2021.

Diperkirakan akan terus tumbuh, sektor ini diproyeksikan meningkat hingga 6% atau setara dengan USD 313 miliar pada tahun 2022.

Sandiaga berpendapat, "Proyeksi ini membuktikan besarnya potensi pasar hijab dunia. Oleh karena itu, peluang usaha ini harus dimenangkan oleh pengusaha domestik untuk membuka lebih banyak lapangan kerja dan peluang usaha."

Baca juga : TikTok Jalin Nusantara Bantu UMKM Tingkatkan Konektivitas dan Keterampilan Digital

Menurut Anwar, ketika produk hijab dalam negeri dapat bersaing di pasar global, hal ini akan menambah cadangan devisa negara dan membuat Indonesia semakin kompetitif di mata dunia.

Hal ini diharapkan dapat menarik lebih banyak turis atau ekspatriat untuk datang ke Indonesia dan melakukan transaksi domestik seperti bisnis, wisata, atau berbelanja.

"Bila hal ini menjadi kenyataan, maka dampaknya jelas akan sangat positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan perekonomian nasional," jelas Anwar.

Baca juga : Wali Kota Ali Ibrahim Gigih Perjuangkan Kota Tidore Kepulauan Jadi KSPN

Evermos merupakan social commerce nomor 1 di Indonesia berdasarkan riset dari Populix dan Tech in Asia.

Dengan visi #EkonomiGotongRoyong, Evermos hadir untuk membantu brand menjangkau lebih banyak pelanggan, reseller memperoleh penghasilan tambahan, dan konsumen untuk mendapatkan produk berkualitas.

Evermos menyediakan ekosistem yang suportif dan komprehensif secara end-to-end bagi ketiga stakeholders tersebut, mulai dari aplikasi Evermos yang berisi interface produk, marketing & sales kit, pelatihan untuk reseller, hingga ke laman transaksi.

Baca juga : Perluas Pemasaran AC Gree, Dealer Era Teknik Kembali Buka Toko Baru

Evermos berkomitmen penuh untuk mendukung pemerintah mewujudkan ekonomi inklusif terutama bagi masyarakat di luar kota Tier 1, melalui transformasi digital dan pembukaan lapangan pekerjaan.

Selain dampak bisnis, dampak sosial juga menjadi komitmen dari Evermos, antara lain dengan empowering grassroot, women and a mother at work (lebih dari 70% reseller Evermos merupakan perempuan). (RO/OL-09)

Baca juga : Momentum Nataru Diperkirakan Sumbang Rp120 Triliun bagi Perekonomian Nasional

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat