visitaaponce.com

Indonesia Naik Peringkat di Laporan SGIE Terbaru

Indonesia Naik Peringkat di Laporan SGIE Terbaru
Ilustrasi ekonomi syariah(Antara/Muhammad Bagus Khoirunnas)

LAPORAN The Global Islamic Economy Indicator dalam State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2023 yang diluncurkan DinarStandard, Selasa (26/12), menyebutkan Indonesia naik peringkat dari posisi keempat pada 2022 menjadi posisi ketiga di tahun 2023.

Analis Senior Dinar Standart Iman Ali Liaqat menjelaskan Laporan The Global Islamic Economy Indicator mencakup 81 negara.

"Indonesia, kabar baiknya, naik peringkat ke 3 pada tahun ini," kata Iman, dalam paparan laporan The State of the Global Islamic Economy 2023 Report oleh DinarStandard dan didukung oleh Kementerian Ekonomi dan Pariwisata Dubai, Selasa (26/12).

Baca juga : Tesla Pilih India Ketimbang RI, Ini Pandangan Arcandra Tahar

Adapun Malaysia mempertahankan posisi teratas selama 10 tahun berturut-turut, diikuti oleh Arab Saudi, Indonesia, dan Uni Emirat Arab. Sedangkan Afrika Selatan telah masuk dalam 15 negara teratas untuk pertama kalinya dan juga merupakan salah satu negara yang mencapai perolehan indeks terbesar, selain Iran, Qatar, dan Pakistan.

Investasi dalam perekonomian syariah, tercatat telah tumbuh dari US$11,4 miliar pada 2021 menjadi US$25,9 miliar pada 2022-2023.

"Ini hampir tumbuh sebesar 128 persen. Dalam investasi, cakupan kami yaitu perihsl merger dan akuisisi, ekuitas/ saham sektor swasta, moda ventura atau transaksi permodalan," kata Iman.

Baca juga : Bali dan Kumamoto Jadi Sister Provinsi Pariwisata dan Perdagangan

Di aktivitas perdagangan, impor produk terkait produk halal negara-negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) mengalami sedikit penurunan pada 2023. Penurunan sebesar 2,9 persen dari US$370 miliar menjadi US$359 miliar pada 2022.

"Alasan utama penurunan ini dari sektor farmasi karena normalisasi permintaan impor vaksin," kata Iman Ali.

Tiongkok, India, Brasil, dan Amerika Serikat merupakan eksportir utama produk Halal ke seluruh negara anggota OKI. Produk halal yang mereka maksud adalah produk makanan, farmasi, kosmetik, dan fesyen yang diperdagangkan dari dan ke negara-negara OKI.

Baca juga : Bakal Temui Jokowi, Anwar Ibrahim Siap Tawarkan Investasi untuk IKN

"Diperkirakan impor produk halal oleh negara-negara OKI akan kembali naik pada 2027 hingga mencapai US$492 miliar pada 2027 atau setara dengan 7,6% dalam periode lima tahun," kata Iman Ali.

Beberapa temuan penting dari sektor produk halal, yaitu makanan halal. Khusus untuk makanan dan minuman, tercatat sebesar US$265 miliar makanan dan minuman diimpor oleh negara-negara OKI.

DinarStandard juga menemukan terjadi pengeluaran atau belanja makanan halal sebesar US$1,4 triliun oleh sekitar 2 miliar umat Islam di seluruh dunia di 2022. Angka ini diestimasikan akan mencapai US$1,89 triliun di 2027.

Baca juga : KTT ASEAN Digelar Besok, Menlu RI: Bahas Krisis Myanmar

"Investasi di bidang pangan menjadi fokus pada tahun 2023. Perusahaan/investor fokus pada pengiriman teknologi pangan dan setiap teknologi. Negara-negara BRICS memainkan peran penting dalam ekspor pangan ke negara-negara anggota OKI," kata Iman.

Investasi terkait makanan halal tercatat sebesar US$2,2 miliar, dengan transaksi terbanyak terjadi di Indonesia, disusul oleh UEA, Bangladesh, Nigeria, dan Turki.

Indonesia juga menjadi negara teratas dalam pasar konsumen makanan halal yaitu sebesar US$149,9 miliar, disusul Mesir US$143 miliar, Bangladesh US$137 miliar, Nigeria US$87,4 miliar, dan Iran US$87,4 miliar.

Baca juga : Tim DKI Dominasi Seleksi Timnas Kickboxing SEA Games 2021

Dari segi kepemimpinan pemerintahan, Malaysia, Indonesia, Turki, Singapura, dan Thailand, menempati posisi lima besar dalam peringkat makanan halal.

Konsultan Senior DinarStandar untuk ASEAN Najmul Haque Kawsar mengatakan dalam hal peluang konsumen keuangan syariah, tercatat sebesar US$3,96 triliun secara global pada tahun 2021-2022.

"Jumlah ini diperkirakan mencapai US$5,94 triliun pada 2025-2026," kata Najmul.

Baca juga : PBSI Ajukan Perubahan Sistem Skor Pertandingan Kepada BWF

Pqda 10 negara teratas berdasarkan aset keuangan syariah, dipimpin oleh Iran, diikuti oleh Arab Saudi dan Malaysia serta UEA dan Qatar.

Dalam hal kesepakatan terkait investasi keuangan syariah, tercatat jumlah totalnya mencapai US$14,4 miliar, dan Indonesia berada pada peringkat pertama.

Senior Associate DinarStandard Nahla Mesbah menjelaskan pada tahun 2022, pengeluaran umat Islam di sektor-sektor inti ekonomi Islam mencapai US$2,29 triliun, yaitu di sektor makanan, farmasi, kosmetik, fesyen, perjalanan, serta media dan rekreasi.

Baca juga : Kemenlu RI Sebut Polisi AS Selidiki Penyerangan pada 2 Remaja WNI

"Jumlah ini naik dari US$2 triliun pada 2021, atau tumbuh 9,5 persen (yoy)," kata Nahla.

Dari sisi aset keuangan syariah telah mencapai USD 3,96 triliun pada tahun 2021-2022, naik 17% dari US$3,37 triliun pada tahun 2020-2021.

Jumlahnya diperkirakan mencapai US$5,94 triliun pada tahun 2025-2026 dengan tingkat penerimaan sebesar 9%.

Baca juga : Eastspring Indonesia Tambah Tiga Produk Reksa Dana Unggulan

"Laporan edisi ke-10 ini memiliki bagian yang sangat istimewa dimana kami menampilkan profil konsumen Muslim. Hal ini didasarkan pada wawancara yang dilakukan dengan konsumen Muslim di seluruh dunia dari berbagai usia, latar belakang berbeda, dan tingkat ketaatan beragama," kata Nahla.

Informasi dari wawancara tersebut menunjukkan tingkat kepatuhan yang kuat dan betapa pentingnya bagi konsumen Muslim untuk mematuhi hukum dan etika Islam dalam kehidupan sehari-hari dan pola konsumsi mereka. (Z-5)

Baca juga : Shesar Hempaskan Wakil Malaysia di Putaran Pertama Swiss Open

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat