visitaaponce.com

Contoh Cerita Rakyat Terpopuler dari Berbagai Daerah

Contoh Cerita Rakyat Terpopuler dari Berbagai Daerah
Ilustrasi - Mendongengkan cerita rakyat(Antara)

LEGENDA adalah salah satu jenis cerita rakyat yang disampaikan seseorang kepada orang lain, dari orang dewasa hingga anak-anak. Tujuan cerita legenda adalah untuk mengajar tentang budaya lokal dan mempertahankannya.

Selain mengajarkan budaya, cerita legenda sering kali memiliki unsur hiburan dan berbagai pesan moral di dalamnya. Mereka juga dapat dijadikan sebagai cerita pengantar tidur bagi anak-anak.

Menyampaikan berbagai cerita rakyat khas Indonesia kepada anak sejak usia dini merupakan langkah yang baik untuk memperkenalkan budaya dan warisan dari berbagai daerah di Indonesia. Selain memperkaya kosa kata mereka, cerita rakyat dari berbagai daerah ini juga mengandung banyak pesan moral yang sesuai dengan adat istiadat setempat.

Baca juga : Dongeng Kancil dan Buaya beserta Pesan Moralnya

Beberapa cerita rakyat Indonesia di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Asal-usul Danau Maninjau

Di sebuah desa di kaki Gunung Tinjau, terdapat 10 bersaudara yang dikenal sebagai Bujang Sembilan. Kukuban, yang merupakan anak sulung, dan Sani, yang merupakan anak bungsu dari Bujang Sembilan. Mereka memiliki seorang paman bernama Datuk Limbatang, yang memiliki seorang putra bernama Giran.

Suatu hari, Datuk Limbatang mengunjungi rumah Bujang Sembilan. Saat itu, Sani dan Giran saling jatuh cinta. Ketika musim panen tiba, kampung tersebut mengadakan adu silat.

Baca juga : Cerita Malin Kundang, Kisah Si Anak Durhaka

Kukuban dan Giran, bersama dengan pemuda lainnya dari kampung, mendaftar untuk berpartisipasi dalam acara tersebut. Kukuban dan Giran berhadapan satu sama lain dan keduanya memiliki kekuatan yang sama. Namun, Giran berhasil menghindari serangan dari Kukuban dan memenangkan pertarungan. Kekalahan ini membuat Kukuban merasa marah dan dendam terhadap Giran.

Beberapa hari setelah acara tersebut, Datuk Limbatang datang untuk melamar Sani. Namun, karena dendamnya, Kukuban menolak lamaran tersebut dengan menunjukkan bekas patah kakinya akibat Giran. Hal ini membuat Sani dan Giran merasa sedih. Maka, Sani dan Giran sepakat untuk bertemu di ladang untuk mencari solusi. Saat mereka sedang berbicara, Sani terluka di pahanya karena terkena duri pada sarungnya. Giran segera mengobati luka tersebut dengan daun obat yang dia ramu.

Tiba-tiba, banyak orang muncul dan menuduh mereka melakukan perbuatan terlarang, dan mereka dihukum. Sani dan Giran mencoba membela diri, tetapi usaha mereka sia-sia, dan mereka langsung diarak ke puncak Gunung Tinjau. Sebelum dihukum, Giran berdoa agar jika mereka bersalah, tubuhnya hancur di dalam kawah gunung. Namun, jika mereka tidak bersalah, gunung ini harus meletus dan Bujang Sembilan harus menjadi ikan. Setelah itu, Giran dan Sani langsung melompat ke dalam kawah.

Baca juga : Pengertian Sitasi dan Cara Penulisannya

Setelah beberapa saat, gunung meletus dengan sangat keras dan menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya. Bujang Sembilan berubah menjadi ikan. Letusan Gunung Tinjau membentuk kawah yang luas yang kemudian menjadi Danau Maninjau. 

Pesan moral yang dapat diambil dari cerita ini adalah kita tidak boleh mempunyai prasangka buruk terhadap seseorang dan tidak boleh menyimpan dendam. Kedua sikap tersebut dapat merugikan diri sendiri.

2. Cerita Legenda Roro Jonggrang

Dahulu, ada kerajaan bernama Prambanan yang dipimpin Prabu Baka. Dia memiliki seorang putri bernama Roro Jonggrang. Rakyat hidup sejahtera di bawah pemerintahan kerajaan itu. Di Kerajaan Pengging, sebaliknya, terdapat seorang raja yang jahat. Dia suka berperang dan memperluas wilayah kekuasaannya. Raja Pengging memiliki seorang ksatria bernama Bandung Bondowoso.

Baca juga : Dongeng Bisa Digunakan untuk Pendidikan Karakter

Bandung Bondowoso bukan hanya kuat, tetapi juga memiliki kekuatan magis. Suatu hari, dia diperintahkan untuk menaklukkan Kerajaan Prambanan. Dia berhasil menaklukkan kerajaan tersebut dan Raja Baka meninggal, sehingga Kerajaan Prambanan jatuh ke tangan Kerajaan Pengging. Satu-satunya yang tersisa adalah Roro Jonggrang, yang ternyata disukai Bandung Bondowoso. Setelah kekalahan itu, Bandung Bondowoso meminang Roro Jonggrang untuk menjadi istrinya.

Awalnya, Roro Jonggrang menolak pinangan tersebut, tetapi dia merasa kasihan pada rakyat Kerajaan Prambanan. Akhirnya, Roro Jonggrang memberikan syarat kepada Bandung Bondowoso agar dia membangun 1.000 candi dan 2 sumur dalam semalam. Bandung Bondowoso setuju dengan syarat itu. Dengan bantuan pasukannya, hampir berhasil membangun candi-candi tersebut dalam semalam.

Namun, mereka gagal membangun yang ke-1.000 karena pasukan Bandung Bondowoso mengira sudah pagi setelah mendengar suara ayam berkokok. Ternyata, upaya Bandung Bondowoso digagalkan Roro Jonggrang. Mengetahui bahwa Roro Jonggrang mencurangi dirinya, akhirnya putri raja itu dikutuk menjadi candi yang ke-1.000. 

Baca juga : Ingin Mendongeng untuk Anak Anda? Ini yang Harus Diperhatikan

Pesan moral dari cerita ini adalah tidak ada prestasi yang dapat dicapai dengan instan. Semua hal membutuhkan proses. Selain itu, jangan melakukan hal buruk, karena keburukan tersebut akan kembali menimpa diri sendiri.

3. Asal-usul Nama Kota Dumai

Di daerah Dumai, ada sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung yang diperintah seorang ratu bernama Cik Sima. Ratu ini memiliki tujuh putri yang cantik dan anggun, yang dikenal sebagai Putri Tujuh. Putri bungsu yang paling cantik bernama Mayang Sari.

Pada suatu hari, ketujuh putri itu sedang mandi di lubuk Sarang Umai. Tanpa sepengetahuan mereka, Pangeran Empang Kuala dan pengawalnya mengamati mereka. Pangeran tersebut terpesona oleh kecantikan Putri Mayang Sari dan jatuh cinta padanya. Pangeran Empang Kuala sering bergumam, "Gadis cantik di lubuk Umai... cantik di Umai. Ya, ya... dumai... dumai." Konon, inilah asal-usul nama kota Dumai.

Baca juga : Alur Adalah: Pengertian, Tahap, dan Macam

Beberapa hari kemudian, pangeran mengirim utusan untuk melamar putri tersebut. Lamaran itu disambut baik oleh Ratu Cik Sima. Namun, menurut adat kerajaan, putri tertua berhak menerima lamaran terlebih dahulu. Setelah menolak lamaran tersebut, Pangeran Empang Kuala marah dan merasa malu. Dia segera memerintahkan pasukannya untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Ratu Cik Sima, yang mengetahui hal ini, melarikan ketujuh putrinya ke dalam hutan dan memberi mereka makanan untuk tiga bulan.

Ratu kemudian kembali ke kerajaan untuk melawan pasukan Pangeran Empang Kuala. Pertempuran antara kedua kerajaan tersebut berlangsung selama tiga bulan tanpa ada pemenang. Suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala beristirahat di hilir Umai di bawah pohon-pohon bakau. Tiba-tiba, mereka diserang ribuan buah bakau yang jatuh dan menusuk tubuh mereka.

Ketika pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, utusan Ratu Cik Sima datang menghadap Pangeran Empang Kuala. Dia meminta pangeran untuk menghentikan perang karena telah membuat alam negeri Seri Bunga Tanjung marah. Pangeran Empang Kuala menyadari kesalahannya dan segera menghentikan perang.

Baca juga : Memo Adalah: Pengertian, Contoh, Unsur, dan Tujuan

Pesan moral dari cerita ini adalah permusuhan hanya akan menyebabkan kerugian dan penyesalan. Selain itu, tidak boleh mengambil keputusan secara impulsif ketika hati sedang penuh dengan amarah.

4. Danau Toba

Pada masa lampau, di suatu desa di Sumatera Utara, hiduplah seorang petani bernama Toba. Dia bekerja sebagai petani dan juga memancing ikan. Setiap sore, setelah selesai bekerja di ladang, dia pergi ke sungai dekat rumahnya. Namun, pada hari itu, nasib sial menimpanya karena sepanjang hari dia duduk di tepi sungai tanpa satu pun ikan yang tertarik pada umpan kailnya.

Toba merasa sangat frustrasi dan mulai putus asa. Akhirnya, dia memutuskan untuk pulang. Namun, saat dia hendak bangkit, tiba-tiba kailnya ditarik ke dasar sungai. Karena tarikannya begitu kuat, dia yakin dia berhasil menangkap ikan yang besar. Benar saja, setelah dia mengangkatnya, ada sebuah ikan mas sebesar paha manusia yang melompat-lompat di hadapannya. Toba sangat gembira. Ia segera membawa ikan tersebut pulang.

Baca juga : 15 Contoh Kata Kiasan dan Artinya

Ketika mereka sampai di rumah, terjadi sebuah keajaiban. Saat Toba hendak memotong ikan itu, tiba-tiba ikan tersebut bisa berbicara. "Tolong jangan membunuhku. Aku akan membantu kehidupanmu," kata ikan itu dengan permohonan. Toba terkejut. "Tapi aku lapar. Aku butuh lauk untuk makan hari ini," ujar Toba.

"Nanti aku akan menyediakan makanan untukmu. Lepaskan aku," jawab ikan itu dengan penuh permohonan. Akhirnya, karena merasa kasihan, Toba melepaskan ikan itu kembali ke sungai.

Sebuah keajaiban terjadi. Begitu mereka sampai di rumah, makanan lengkap tersaji di meja. Bahkan di dapur ada seorang perempuan cantik yang sedang memasak. "Terima kasih telah menolongku. Aku adalah perempuan yang berubah menjadi ikan tadi. Sekarang aku akan melayanimu," ucap perempuan tersebut. Ternyata, perempuan itu adalah putri yang telah dikutuk menjadi ikan.

Baca juga : 5 Contoh Puisi tentang Lingkungan, Langkah-langkah Menulis Puisi yang Baik 

Beberapa waktu kemudian, Toba sangat ingin menikahi perempuan cantik itu. Ia itu setuju, tetapi dengan satu syarat. "Jangan pernah mengungkapkan asal-usulku, bahkan kepada anak kita kelak. Jika melanggar, akan ada bencana," kata perempuan itu. Toba setuju dengan syarat itu.

Tidak lama kemudian, mereka memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Samosir. Mereka hidup bahagia. Namun, karena Samosir dibesarkan dengan manja, dia menjadi anak yang malas dan berperilaku nakal.

Pada suatu hari, ibunya meminta Samosir untuk mengantarkan nasi kepada ayahnya. Meskipun tidak mau, Samosir akhirnya melakukannya. Namun, di tengah jalan, rasa lapar menghampirinya dan ia memakan nasi tersebut.

Baca juga : Contoh Analytical Exposition Text serta Struktur, Tujuan, dan Penjelasannya

Di sisi lain, Toba yang sangat lapar tidak sabar menunggu. Dia terus memandangi ujung jalan, dan ketika Samosir tiba,

 Toba hanya diberikan sisa nasi. Toba sangat marah, "Anak yang tidak tahu sopan. Bagaimana berani kau memberikan ayahmu sisa nasi! Dasar anak keturunan ikan!"

Lalu, Toba memukul Samosir sampai menangis. Samosir kemudian segera pulang dan menceritakan apa yang terjadi pada ibunya.

Baca juga : Bacaan Surat Al-Kahfi Ayat 1-10, Arab, Latin, dan Terjemahan

Ibunya terkejut. Tiba-tiba, petir menyambar langit. Seketika itu juga langit menjadi gelap. Perempuan itu dengan cepat menyuruh Samosir naik ke bukit tertinggi. "Cepatlah, selamatkan dirimu!" teriaknya. Samosir segera berlari menuju bukit. Kemudian, hujan lebat pun turun. Perempuan itu langsung melompat ke sungai dan berubah menjadi ikan lagi.

Sungai tiba-tiba bergolak. Toba ketakutan dan teringat pada janjinya yang telah dilanggar. Namun, sudah terlambat, air sungai terus meluap dan menghancurkan seluruh desa. Lama-kelamaan, genangan air tersebut membentuk sebuah danau yang disebut Danau Toba. Di tengah danau, terdapat sebuah pulau yang dinamai Pulau Samosir.

5. Malin Kundang

Dulu di wilayah pesisir pantai Sumatra, Ibu Rubayah dan anaknya, Malin Kundang, tinggal. Suami Ibu Rubayah telah lama meninggalkan mereka dan tidak pernah kembali sejak itu. Malin Kundang dan ibunya hidup dengan sederhana, menjual kue di pasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Baca juga : Forum Widyabasa Indonesia Dukung Iklim Kebahasaan yang Baik

"Ketika aku besar nanti, aku ingin merantau dan mengubah nasib!" ucap Malin Kundang suatu hari. Ketika Malin Kundang remaja, sebuah kapal besar bersandar di pantai. Malin terkagum-kagum melihatnya. Pada hari itu, dia pamit pada ibunya untuk ikut naik kapal itu.

Awalnya, Ibu Rubayah melarangnya. "Ini kesempatan bagus bagimu, Nak!" kata Ibu Rubayah. "Kapal besar seperti ini tidak datang setiap tahun," lanjutnya. Akhirnya, dengan berat hati, Ibu Rubayah mengizinkannya. Airmata mengalir di wajahnya saat mengantar Malin Kundang naik kapal. Dia juga memberinya tiga bungkus nasi sebagai bekal perjalanan.

Ketika kapal berangkat, Ibu Rubayah hanya bisa melambaikan tangannya sambil menangis, hingga kapal itu menghilang di kejauhan. Bertahun-tahun berlalu dengan cepat. Setiap hari, Ibu Rubayah memandang ke laut dengan harapan anaknya akan pulang. Namun, tak ada kapal besar yang bersandar di pantai.

Baca juga : Fungsi Fakta dalam Teks Eksplanasi

Kabar tentang Malin Kundang tidak jelas, dan Ibu Rubayah semakin tua. Tetapi, dengan setia, dia tetap datang ke pantai setiap hari, menantikan pulangnya anaknya. Suatu hari, ada kabar dari seorang nakhoda kapal bahwa Malin Kundang telah menjadi kaya raya dan menikahi seorang putri cantik dari keluarga bangsawan. Hati Ibu Rubayah sangat bahagia mendengar kabar tersebut.

Tidak lama setelah itu, sebuah kapal besar dan mewah bersandar di pantai. Orang-orang berkumpul untuk menyambut, itulah kapal Malin Kundang. Di atas kapal, Malin Kundang memegang tangan seorang wanita cantik berpakaian mewah. Ibu Rubayah mendekati keramaian, berusaha menemui anaknya. "Malin, anakku!" serunya.

Namun, Malin Kundang mengabaikannya, bahkan istrinya meludah melihat Ibu Rubayah. "Cuih! Apakah perempuan jelek ini ibumu? Mengapa kau berbohong padaku? Kau bilang ibumu setara dengan kami, seorang bangsawan!".

Baca juga : 5 Contoh Gagasan Utama dalam Sebuah Paragraf

Malu yang dirasakan Malin Kundang sangatlah besar. Terlebih lagi saat melihat pakaian Ibu Rubayah yang lusuh dan kumal. Untuk menutupi rasa malunya, dia berkata, "Bukan, dia bukan ibuku!" lalu dengan kasar dia mengusir Ibu Rubayah.

"Hai, perempuan kumal! Pergilah dari hadapanku! Ibuku tidak miskin seperti dirimu!" Bahkan Malin Kundang sampai menendang ibunya.

Setelah itu, Malin Kundang memerintahkan anak buahnya untuk berlayar kembali. Ibu Rubayah sangat sedih. Dia menangis dan meratap, "Ya Tuhan, jika dia memang anakku, aku mohon keadilan-Mu!"

Baca juga : Humaniora Digital, Pendekatan Baru dalam Kajian Sastra di Era Digital

Tak lama setelah itu, hujan badai yang dahsyat turun tiba-tiba. Kapal Malin Kundang disambar petir dan pecah dihantam ombak besar. Pecahan kapalnya tersebar di pantai. Setelah cuaca reda, tampak sebuah batu yang menyerupai manusia terdampar di tepi pantai. Itu adalah tubuh Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat