Perubahan Iklim Berpengaruh pada Meningkatnya Kasus Rabies
![Perubahan Iklim Berpengaruh pada Meningkatnya Kasus Rabies](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/06/fd132399d82ebd8bd8cd4c0254019b4b.jpg)
PERUBAHAN iklim berpengaruh pada meningkatnya kasus rabies. Hal itu merupakan hasil dari penelitian di Tiongkok yang dipublikasikan di jurnal Biomed Central pada 2018.
"Ditemukan bahwa faktor iklim dan sosial ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyebaran rabies pada manusia di Tiongkok," kata salah satu peneliti Danhuai Guo, diakses dari jurnal Biomed Central, Sabtu (24/6).
Danhuai Guo menjelaskan, insiden rabies di Tiongkok meningkat seiring dengan kenaikan suhu lingkungan. Dengan suhu yang tinggi, iklim akan lebih hangat dan menjadikan hewan lebih aktif hingga sering bermigrasi dan mencari tempat baru. Hal itu yang menyebabkan menyebarnya rabies.
Baca juga: Penularan Kasus Rabies Terus Meningkat
"Selain itu, suhu yang lebih tinggi sering membuat manusia mengenakan pakaian yang pendek dan lebih ringan, sehingga mengekspos lebih banyak bagian kulit yang terbuka yang mengakibatkan kemungkinan digigit anjing," kata Danhuai Guo.
Selain itu, dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa daerah-daerah terpencil lebih rawan tersebar penyakit rabies. Pasalnya, daerah terisolasi itu kurang mendapatkan dukungan pencegahan penyakit dan intervensi kesehatan masyarakat lainnya. Selain itu, saat ada kasus rabies di wilayah terisolasi, respon penanganan akan lebih lambat, dengan demikian manusia yang terinfeksi akan memiliki risiko lebih tinggi.
Baca juga: Cegah Rabies, Ini yang Harus Segera Dilakukan Usai Digigit Hewan Liar
Padahal, WHO telah memberikan pedoman agar setelah mendapatkan gigitan hewan liar, sangat penting untuk langsung mendatangi fasilitas kesehatan.
Dalam penelitian yang dilakukan di Tiongkok itu, masih ada perbedaan besar dalam kecepatan mencari bantuan medis.
Sebanyak 64,19% pasien mengunjungi pusat rabies dalam waktu 4 jam setelah paparan, 27,93% pasien mengunjungi pusat rabies antara 4 hingag 24 jam paparan dan 7,88% pasien mengunjungi pusat rabies lebih dari 1 hari kemudian.
"Perbedaan ini mungkin sebagian besar di sebabkan perbedaan aksesibilitas," imbuh dia. (Ata)
Terkini Lainnya
89% Program Lembaga Filantropi sudah Selaras dengan SDGs
Edukasi Siswa SD Mengenal Keanekaragaman Hayati
Hadapi Krisis Perubahan Iklim, BMKG Bekali Petani Milenial dengan Sekolah Lapang Iklim di Imogiri Yogyakarta
Upaya Adaptif Mengatasi Perubahan Iklim
BMKG: Fenomena Tingginya Suhu Perkotaan Harus segera Ditangani
Peluncuran Aliansi Kolibri Jadi Upaya Nyata Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian
98% Ditularkan oleh Anjing, Rabies Serang Saraf secara Akut
Satu Lagi Pasien Meninggal, Korban Tewas Wabah Rabies Bertambah jadi 9 Orang
Kemenkes Pastikan Stok Vaksin Rabies Terpenuhi di Daerah
1.733 Kasus Gigitan Hewan Terjadi di Jakarta, Tak Terindikasi Rabies
Pemkot Malang Minta Warga Aktif Melaporkan Dugaan Kasus Rabies
Waspada! Kasus Rabies di Jakarta Meningkat, Sepanjang Juni Ada 1.733 Kasus
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap