UI Ciptakan Dua Alat Fiksasi Tulang Cegah Kematian pada Pasien Cedera Orthopaedi
SEJALAN dengan tema Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) Tahun 2023 “Terus Melaju untuk Indonesia Maju”, Universitas Indonesia (UI) terus melakukan berbagai upaya demi kemajuan negeri.
Beragam inovasi dilahirkan oleh sivitas akademika UI sebagai wujud kontribusi bagi masyarakat. Baru-baru ini, UI melalui Fakultas Kedokteran melahirkan dua inovasi baru, yaitu Alat Fiksasi Pelvis Modifikasi C-Clamp dan Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler.
Penciptaan kedua alat tersebut dilatarbelakangi adanya trauma yang merupakan penyebab tertinggi ketiga kematian pada semua kelompok umur di dunia.
Baca juga: FKUI dan Tim Truncate Upayakan Pengobatan TB Dua Bulan
Fraktur pelvis merupakan salah satu penyakit yang dapat terjadi akibat trauma dan merupakan cedera orthopaedi yang paling sering merenggut nyawa dengan angka kematian setinggi 6–35%.
Untuk mencegah kejadian kematian pada pasien fraktur tulang pelvis dan tulang panjang di tungkai, dokter orthopaedi perlu mengoreksi kelainan bentuk tulang pasien dengan menggunakan alat bantu fiksasi.
Sayangnya, alat dengan modifikasi model C-Clamp invensi Ganz yang selama ini umum digunakan memiliki keterbatasan, antara lain pemasangan tidak praktis, ukuran tidak bisa diatur sehingga sulit digunakan pada pasien dengan lingkar perut besar, serta memiliki harga yang sangat mahal.
Pemasangannya cepat dan manual
Melihat kondisi ini, Guru Besar Orthopaedi dan Traumatologi FKUI–Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT(K) beserta tim bekerja sama dengan PT Eka Ormed Indonesia memproduksi Alat Fiksasi Pelvis Modifikasi C-Clamp dan Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Gangguan Saluran Kemih Turunkan Kualitas Hidup
Alat Fiksasi Pelvis Modifikasi C-Clamp diciptakan digunakan untuk fiksasi patah tulang pelvis bagian posterior yang sering menimbulkan kematian akibat kehilangan banyak darah, dengan pemberian fiksasi dari dua buah paku kanan dan kiri di daerah tulang pelvis.
Keunggulan produk ini adalah pemasangannya yang cepat dan manual atau tanpa membutuhkan alat bantu khusus.
Selain itu, alat ini bersifat fleksibel karena ketinggian dan lebarnya dapat diatur sesuai bentuk atau ukuran badan pasien, serta memiliki harga yang terjangkau.
Ide pemecahan masalah ini menggunakan beberapa konsep di mekanika struktur dan pengembangan konsep produk dari produk referensi dan produk yang ada. Pengembangannya disesuaikan dengan kemampuan manufaktur yang tersedia.
Baca juga: UI Dorong Penyempurnaan Sistem Kesehatan Nasional RI
Artinya, bahan dan alat dari dalam negeri dan proses pembuatannya pun dilakukan di dalam negeri.
Bahan untuk alat ini menggunakan stainless steel 304 dan aluminium untuk meminimalisasi efek karat akibat cairan kimia dan tubuh. Komponen penyusunnya terdiri atas rod, nut, holder clamp, dan shanz screw.
Alat Fiksasi Telah Digunakan di Sejumlah Daerah
Alat Fiksasi Pelvis Modifikasi C-Clamp telah digunakan di beberapa daerah dan terbukti efektif. Beberapa daerah yang telah menggunakan alat ini, yaitu Jakarta, Pekalongan, Semarang, Surabaya, Malang, dan Klaten.
Sejak memperoleh paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI tahun 2011, alat ini terus dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Mengatasi kelemahan alat fiksasi eksterna periartikuler terdahulu
Sementara itu, Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler merupakan alat bantu fiksasi yang digunakan untuk masalah patah tulang kompleks di tulang panjang dekat sendi dan rekonstruksi tulang panjang yang mengalami kelainan.
Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah tingginya kasus neglected fracture (patah tulang yang tidak ditangani atau mendapat penanganan yang tidak sesuai) yang dapat berujung pada kecacatan.
Hal ini terkait dengan tingkat pengetahuan yang rendah dan perawatan di dukun patah tulang.
Alat fiksasi ini dapat digunakan untuk kasus infeksi lutut yang diindikasikan. Invensi Fiksasi Eksterna Periartikuler ini juga dapat mengatasi kelemahan-kelemahan beberapa alat fiksasi eksterna periartikuler yang telah ada sebelumnya.
Alat ini mampu memfiksasi pada fraktur di dekat sendi (keterbatasan alat sebelumnya) dan dapat memberikan stabilitas yang lebih baik pada fraktur yang sangat kompleks.
Baca juga: Gaya Hidup dan Farmakoterapi Efektif Turunkan Risiko Prediabetes dan Diabetes
Selain itu, alat ini baik digunakan untuk terapi kasus fraktur terbuka yang kompleks, neglected fracture yang butuh rekonstruksi, serta pada tulang yang mengalami pemendekan atau pergeseran berat.
Pada kasus lutut yang terinfeksi, alat ini dapat digunakan sebagai alat arthrodesis (fusi sendi) agar lutut pasien tidak nyeri dan infeksi hilang.
Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler terdiri atas poros yang akan berfungsi sebagai chasis dan 2 jenis pemegang paku yang akan ditanam di tulang.
Jenis pemegang paku 1 secara berjajar dapat dipakai pada saat luas permukaan tulang cukup lebar untuk menanam paku dengan kondisi yang lebih stabil. Jenis pemegang paku 2 dapat digunakan pada luas permukaan tulang yang sedikit.
Baca juga: Radjak Group dan FKUI Beri Apresiasi Peneliti Bidang Kesehatan
Alat tersebut terbuat dari stainless stell 304 (poros dan pemegang paku) serta alumunium (untuk poros dan pemegang yang lebih besar). Bahan ini dipilih karena mampu meminimalisasi efek karat akibat paparan cairan kimia dan tubuh.
Alat Fiksasi Eksterna Periartikuler mendapat sertifikat paten sejak 2013 dan telah didistribusikan kepada pasien di beberapa kota, antara lain Jakarta, Medan, Sampang, Pekalongan, Klaten, dan Solo.
Kedua alat ini sejatinya merupakan salah satu bentuk dari transformasi kesehatan pilar ketiga, yaitu transformasi sistem ketahanan kesehatan. Inovasi ini diharapkan dapat mendorong UI untuk terus menghasilkan karya-karya baru, tidak hanya di bidang kesehatan, tetapi juga bidang sosial-humaniora dan sains-teknologi. (RO/S-4)
Terkini Lainnya
Anda Pria Berusia 50 Tahunan? Waspada Kanker Prostat
Kelebihan Garam Bisa Picu Penyakit Ginjal Kronis
WHO Terbitkan Informasi Cepat Tentang Obat Pencegah Tuberkulosis
Cegah Kanker Pankreas pada Dewasa Muda dengan Hindari Gaya Hidup Sedenter
Cegah Diare pada Anak dengan Menjaga Kebersihan Selama Musim Hujan
FKUI Gelar Pelatihan Pencegahan Stunting untuk Dokter di NTT
The All-New Citroën C3 Aircross SUV Diluncurkan di Bandung
Smartfren Luncurkan Smartfren Home RE11
Mercedes-Benz Luncurkan Truk dan Bus Euro 4 dan Euro 5
Mercedes-Benz Indonesia Luncurkan The All New CLE
Gandeng Influencer. Vone Wolrd Luncurkan Koleksi Tas Berbahan Kulit
Mazda Indonesia Umumkan Peluncuran The New Mazda CX-3
Lingkungan Perempuan Pancasila
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap