visitaaponce.com

Tafsir Ali Imran 73 Bantah Bani Israil, Karunia Kenabian Milik Allah

Tafsir Ali 'Imran 73: Bantah Bani Israil, Karunia Kenabian Milik Allah
Ilustrasi.(Freepik.)

BANI Israil atau keturunan Nabi Yakub alaihis salam menyangka bahwa nabi akhir zaman akan datang dari kelompok mereka. Ternyata, Allah subhanahu wa ta'ala mengutus nabi akhir zaman dari Bani Ismail atau keturunan Nabi Ismail aliahis salam yaitu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Terkait hal ini, dijelaskan Surat Ali 'Imran ayat 73.

Bagaimana tafsir Surat Ali 'Imran ayat 73 tentang karunia kenabian, termasuk pemilihan Nabi Muhammad, menjadi hak Allah? Berikut penjelasan Kiai Asyari Masduki dari LDNU PC Kediri, Jawa Timur.

Surat Ali 'Imran ayat 73

قُلۡ إِنَّ ٱلۡفَضۡلَ بِیَدِ ٱللَّهِ یُؤۡتِیهِ مَن یَشَاۤءُۗ وَٱللَّهُ وَ ٰ⁠سِعٌ عَلِیمࣱ

Qul innal fadhla biyadillaah, yu' tiihi may yasyaa', wallaahu waasi'un 'aliim.

Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya karunia Islam dan kenabian itu milik Allah. Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas kekuasan-Nya dan Maha Mengetahui."

Takwil ayat mutasyabihat

قُلۡ إِنَّ ٱلۡفَضۡلَ بِیَدِ ٱللَّهِ یُؤۡتِیهِ مَن یَشَاۤءُۗ 

Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya karunia Islam dan kenabian itu milik Allah. Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki."

Baca juga: Tafsir Shad Ayat 75-76: Iblis Tolak Sujud kepada Nabi Adam

"Ayat ini tergolong sebagai ayat mutasyabihat. Makna zahirnya mengindikasikan seakan-akan Allah memiliki anggota badan berupa tangan (yad)," ujar Asyari.

Makna seperti itu bertentangan dengan akidah umat Islam, baik salaf maupun khalaf. Semua ulama itu meyakini bahwa Allah tidak memiliki anggota badan, baik anggota badan yang besar (seperti kepala, tangan dan kaki) maupun anggota badan yang kecil (seperti lidah, jari-jari tangan, hidung).

Baca juga: Tafsir Adz-Dzariyat Ayat 47: Allah tidak Punya Tangan

Para ulama menakwil lafaz بيد الله dalam ayat di atas dengan مالك له atau yang memiliki al-fadl. Maksud dari al-fadl dalam ayat ini ialah agama Islam, kenabian, dan risalah.

Karena itu, makna ayat tersebut ialah Katakanlah sesungguhnya fadl yang berupa agama Islam dan kenabian itu Allah yang memilikinya. Makna seperti ini sudah sesuai dengan lanjutan ayat tersebut یُؤۡتِیهِ مَن یَشَاۤءُۗ , Allah memberikannya kepada orang yang Dia kehendaki.

Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 256: Tidak Ada Paksaan dalam Agama

Itu karena memberikan hidayah dan taufik kepada Islam itu milik Allah. Allah memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Bantahan untuk Bani Israil

Ayat itu ialah bantahan terhadap pernyataan orang-orang Yahudi Bani Israil (sebagaimana dijelaskan pada ayat sebelumnya) yang mengatakan bahwa Allah tidak akan memberi karunia berupa kenabian kepada siapapun sebagaimana yang telah Allah berikan kepada Bani Israil.

Baca juga: Tafsir Al-Hadid Ayat 22: Musibah sudah Tercatat di Lauh Mahfuzh

Orang Yahudi Bani Israil merasa bahwa mereka ialah manusia paling mulia di muka bumi. Mereka meyakini ialah manusia-manusia pilihan Allah sehingga kebanyakan para nabi berasal dari mereka.

Kesombongan ini yang menjadikan mereka mendustakan Nabi Muhammad shallallahu alayhi wasallam. Padahal mereka sesungguhnya mengetahui bahwa Muhammad ialah nabi akhir zaman. Maklum, sifat-sifat nabi akhir zaman telah dijelaskan dalam kitab Taurat dan Injil.

Baca juga: Tafsir Al-Maidah Ayat 64: Orang Yahudi Anggap Allah Kikir

Pada awalnya mereka beranggapan bahwa nabi akhir zaman berasal dari Bani Israil, keturunan dari Yakub bin Ishak putra Nabi Ibrahim dari istrinya, Sarah. Namun, anggapan itu keliru. Ternyata nabi akhir zaman berasal dari bangsa Arab keturunan Ismail putra Nabi Ibrahim dari Hajar. 

Al-Wasi' dan Al-'Alim

وَٱللَّهُ وَ ٰ⁠سِعٌ عَلِیمࣱ

Ayat ini menjelaskan dua nama Allah dari asmaul husna yaitu الواسع atau Al-Wasi' dan العليم atau Al-'Alim. Asmaul husna disebutkan ada 99 nama. Meskipun sejatinya nama-nama terbaik Allah itu lebih dari 99.  

Baca juga: Tafsir Al-Fath Ayat 10: Baiat Nabi Muhammad dengan Sahabat

Makna الواسع atau Al-Wasi' ialah zat yang maha sempurna kekuasaan-Nya. Karenanya, Allah Maha Kuasa memberikan karunia-Nya berupa apa saja kepada orang yang Dia kehendaki.

Makna العليم atau Al-'Alim ialah zat yang maha sempurna pengetahuan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang diciptakan oleh-Nya kecuali ada hikmahnya.

Baca juga: Takwil Allah Lebih Dekat kepada Manusia daripada Urat Lehernya

"Semua nikmat yang Allah berikan kepada makhluk-Nya, baik berupa kenikmatan dunia maupun kenikmatan agama merupakan fadl dari Allah. Artinya, itu semua semata-mata karunia dan pemberian Allah dan bukan kewajiban bagi Allah untuk memberikannya," paparnya.

Itu karena dalam akidah ahlussunnah wal jamaah, tidak ada sesuatu yang wajib dilakukan atau ditinggalkan oleh Allah. Ini pun termasuk tidak wajib bagi Allah memberi sesuatu yang lebih mashlahah bagi makhluk-Nya. 

Baca juga: Tafsir Al-Baqarah Ayat 186 tentang Takwil Kedekatan Allah

Nikmat dunia seperti kehidupan, kekayaan, kesehatan, kesempurnaan pancaindra, ketampanan dan kecantikan, nasab yang baik, dan jabatan. Nikmat agama seperti hidayah Islam dan iman, taufik untuk beramal saleh, dan pemahaman ilmu agama.

Karena semua nikmat ialah fadl (keutamaan), wajib bagi makhluk untuk bersyukur. Caranya, kita menggunakan kenikmatan yang Allah berikan untuk berbuat ketaatan kepada-Nya. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat