visitaaponce.com

Rusia Keluar dari Kesepakatan Ekspor Biji-bijian Ukraina

Rusia Keluar dari Kesepakatan Ekspor Biji-bijian Ukraina
Kapal Argo I yang mengangkut gandum Ukraina berlabuh di Pebaluhan Odessa, Ukraina.(Bo Amstrup / Ritzau Scanpix / AFP)

KREMLIN mengatakan Rusia telah menghentikan partisipasinya dalam kesepakatan yang memungkinkan Ukraina mengirimkan biji-bijian melalui Laut Hitam.

Sebaliknya Kyiv menegaskan tanpa Rusia, pihaknya akan terus melanjutkan ekspor komoditas ini ke seluruh dunia.

Beberapa jam sebelumnya, sebuah ledakan merobohkan jembatan Rusia ke Krimea dalam apa yang disebut Moskow sebagai serangan oleh drone laut Ukraina, menewaskan dua orang. Jembatan jalan adalah arteri utama bagi pasukan Rusia yang berperang di Ukraina.

Baca juga: Pertempuran Meningkat di Ukraina di Tengah Klaim Kegagalan Serangan Balasan

Moskow mengatakan tidak ada hubungan antara serangan itu dan keputusannya untuk menangguhkan kesepakatan biji-bijian.

Tetapi Moskow mempermasalahkan Kyiv yang gagal memenuhi tuntutannya untuk menerapkan aturan pelonggaran perjanjian paralel untuk ekspor makanan dan pupuknya.

PBB dan Turki menjadi perantara kesepakatan penting dengan Ukraina dan Rusia pada Juli tahun lalu, yang datang dengan kesepakatan terpisah untuk memfasilitasi pengiriman makanan dan pupuk Rusia yang menurut Moskow belum diterapkan.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada hari Senin, beberapa jam sebelum Black Sea Grain Initiative ditetapkan berakhir, bahwa Rusia akan kembali.ke kesepakatan segera jika tuntutannya tentang ekspornya dipenuhi.

Perjanjian Laut Hitam Tak Berlaku Lagi

“Perjanjian Laut Hitam tidak lagi berlaku hari ini. Sayangnya, bagian dari perjanjian Laut Hitam terkait Rusia sejauh ini belum dilaksanakan, sehingga efeknya dihentikan,” kata Peskov pada Senin (17/7) sore.

Lebih dari 32 juta metrik ton jagung, gandum, dan biji-bijian lainnya telah diekspor oleh Ukraina berdasarkan pengaturan tersebut, dengan kapal terakhir meninggalkan Ukraina pada hari Minggu.

Baca juga: Ukraina Gunakan Bom Tandan, Putin : Kami Siap Balas

“Bahkan tanpa Federasi Rusia, semuanya harus dilakukan agar kita bisa menggunakan koridor Laut Hitam ini. Kami tidak takut. Kami telah didekati oleh perusahaan yang memiliki kapal. Mereka mengatakan bahwa mereka siap” untuk melanjutkan pengiriman, kata Presiden Volodymyr Zelensky dalam komentar yang dibagikan di media sosial oleh juru bicaranya Serhii Nykyforov.

Biaya Rute Alternatif Lebih Mahal

Denys Marchuk, Wakil Ketua Dewan Agraria Ukraina, organisasi agribisnis utama di Ukraina, mengatakan rute alternatif seperti pelabuhan sungai lebih mahal untuk digunakan.

“Sebagai opsi, mengapa kita tidak menilai kemungkinan kelanjutan kesepakatan biji-bijian tanpa Rusia? Kami sudah mengalami ini pada November 2022,” tambahnya.

Penghentian kesepakatan biji-bijian terjadi hanya beberapa jam setelah Rusia mengatakan Ukraina telah menyerang jembatan yang menghubungkannya dengan Semenanjung Krimea yang dianeksasi.

Serangan Ukraina Tewaskan Warga Sipil Krimea

Pihak berwenang Rusia mengatakan pasangan sipil tewas dan putri mereka terluka oleh serangan Kyiv tersebut.

Putin mengutuk kejahatan tidak masuk akal dalam sambutannya di televisi. Dia menjanjikan tanggapan dan menyerukan keamanan yang lebih ketat di jembatan tersebut.

Peskov mengatakan keputusan untuk tidak memperbarui kesepakatan itu tidak terkait dengan serangan semalam, yang disebutnya sebagai aksi teroris dan menyalahkan Ukraina.

Rusia telah setuju tiga kali dalam setahun terakhir untuk memperpanjang kesepakatan Laut Hitam, tetapi juga sempat menangguhkan partisipasinya pada akhir Oktober sebagai tanggapan atas serangan drone terhadap armadanya di Krimea.

Baca juga: Khamenei: Barat Bahayakan Nyawa Rakyat Ukraina demi Industri Senjata

Ia juga mengeluh bahwa tidak cukup biji-bijian yang sampai ke negara-negara miskin, tetapi PBB mengatakan pengaturan itu menguntungkan negara-negara tersebut dengan membantu menurunkan harga pangan lebih dari 20% secara global.

Hingga Senin, hampir 8 juta ton barang telah dikirim ke Tiongkok, hampir 25% dari 32,9 juta ton diekspor, menurut PBB , sementara hampir 44% ekspor dikirim ke negara-negara berpenghasilan tinggi.

Nana Ndeda, pemimpin kebijakan dan advokasi kemanusiaan di Save the Children, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kesepakatan tersebut telah memungkinkan stabilisasi pasar global dan penurunan harga pangan di banyak bagian dunia.

“Yang mungkin terjadi sekarang adalah harga pangan itu akan naik lagi. Dengan itu, negara-negara tidak akan lagi dapat memasok makanan untuk anak-anak dan keluarga mereka tidak lagi dapat mengakses makanan dan kita akan melihat peningkatan kekurangan gizi dan kerawanan pangan,” katanya kepada Al Jazeera dari ibu kota Kenya, Nairobi.

Peran Turki

Ukraina dan Rusia adalah dua produsen pertanian terbesar di dunia dan pemain utama di pasar gandum, jelai, jagung, lobak, minyak lobak, biji bunga matahari, dan minyak bunga matahari. Rusia juga dominan di pasar pupuk.

Invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada Februari tahun lalu membuat harga komoditas pangan melonjak ke rekor tertinggi, berkontribusi pada krisis pangan global yang juga terkait dengan konflik lain, efek pandemi covid-19 yang masih ada, kekeringan, dan faktor iklim lainnya.

Baca juga: Kritik Strategi Perang, Rusia Copot Seorang Jenderal di Ukraina

Biaya tinggi untuk biji-bijian yang dibutuhkan untuk makanan pokok di negara-negara di Timur Tengah dan Afrika memperburuk tantangan ekonomi dan mendorong jutaan orang lagi ke dalam kemiskinan atau kekurangan pangan.

Kesepakatan yang disepakati tahun lalu, memberikan jaminan bahwa kapal tidak akan diserang memasuki dan meninggalkan pelabuhan Ukraina serta perjanjian terpisah yang memfasilitasi pergerakan makanan dan pupuk Rusia, memberikan dorongan untuk ketahanan pangan global.

Sementara ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak dikenai sanksi Barat karena invasinya ke Ukraina, Moskow mengatakan pembatasan pembayaran, logistik, dan asuransi telah menjadi penghalang pengiriman.

Permintaan utama Rusia adalah agar Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) dihubungkan kembali ke sistem pembayaran internasional SWIFT. Bank terputus dari SWIFT oleh Uni Eropa pada Juni 2022 karena invasi Ukraina.

Baca juga: Zelensky: Rusia Kerahkan Segala Upaya Hentikan Tentara Ukraina

Pavel Felgenhauer, seorang analis pertahanan dan militer yang berbasis di Moskow, mengatakan banyak orang di Rusia telah menyerukan pembatalan kesepakatan selama berbulan-bulan.

“Rusia mengatakan akan menghentikan kesepakatan biji-bijian untuk beberapa waktu tetapi setiap kali, ada negosiasi antara Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan kesepakatan itu dilanjutkan,” katanya kepada Al Jazeera.

Felgenhauer mengatakan dia mengharapkan Erdogan untuk menekan Putin, menambahkan bahwa kesepakatan itu akan dibahas pada pertemuan puncak antara kedua pemimpin yang kemungkinan akan berlangsung bulan depan.

“Sudah beberapa kali Erdogan berhasil mengubah posisi Putin dalam masalah serius,” kata Felgenhauer.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada hari Senin dia menyesali keputusan Rusia untuk keluar dari kesepakatan, menambahkan langkah itu akan memukul orang yang membutuhkan di mana-mana.

“Ratusan juta orang menghadapi kelaparan dan konsumen menghadapi krisis biaya hidup global. Mereka akan membayar harganya,” kata Guterres kepada wartawan di New York.

Di Washington, Gedung Putih mengatakan penangguhan Rusia atas pakta itu akan memperburuk ketahanan pangan dan merugikan jutaan orang. (Aljazeera/Cah/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat