visitaaponce.com

Iran Ingin Bersama Turki Bentuk Respons Bersama terhadap Perang Gaza

Iran Ingin Bersama Turki Bentuk Respons Bersama terhadap Perang Gaza
Tentara berjaga saat mereka menghadiri upacara peresmian kapal perang baru Iran Deylaman di pelabuhan Bandar Anzali di laut Kaspia.(AFP/Kantor Angkatan Darat Iran.)

PRESIDEN Iran Ebrahim Raisi melakukan kunjungan resmi pertamanya ke Turki pada Selasa (28/11). Ia berharap untuk menutupi perbedaan masa lalu dan membentuk tanggapan bersama yang kuat terhadap tindakan Israel di Jalur Gaza, Palestina.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan muncul sebagai salah satu kritikus paling vokal di dunia Muslim terhadap serangan gencar Israel di Gaza sebagai respons terhadap serangan militan Hamas pada 7 Oktober. Dia mencap Israel sebagai negara teroris dan menyebut Hamas yang didukung Iran sebagai kelompok pembebasan.

Erdogan juga menyarankan agar politisi dan komandan militer Israel diadili di Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag. Namun pertemuan-pertemuan sebelumnya antara para pemimpin Muslim dan Arab--termasuk pembicaraan bulan ini di Riyadh--gagal menemukan titik temu mengenai langkah-langkah ekonomi dan politik yang harus segera diambil.

Baca juga: Surat Cinta Tawanan Ibu Yahudi kepada Pejuang Gaza

Para analis percaya bahwa Raisi akan menekan Turki untuk mengatasi retorika tersebut dan memutus hubungan perdagangan dan energi yang berkembang dengan Israel. "Iran mengharapkan Turki untuk mengakhiri perdagangan langsung dan tidak langsungnya dengan Israel," kata Direktur Pusat Studi Iran di Istanbul, Hakki Uygur, kepada AFP.

"Turki, di sisi lain, telah mengambil sikap yang peduli dalam memisahkan masalah politik dan komersial."

Baca juga: Serangan Israel kembali Bikin Bandara Damaskus tidak Beroperasi Lagi

Menurut pemerintah Gaza yang dipimpin Hamas, hampir 15.000 orang--sebagian besar warga sipil dan termasuk ribuan anak-anak--telah tewas sejak Israel mulai membalas serangan lintas batas yang belum pernah dilakukan Hamas. Serangan Hamas itu, menurut Israel, menyebabkan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas.

Kunjungan Raisi dilakukan sebagai upaya untuk memperluas gencatan senjata yang membebaskan puluhan sandera Israel sebagai imbalan atas pembebasan lebih dari 100 tahanan Palestina.

Perdamaian permanen

Iran dan Turki berbagi perbatasan sepanjang 535 kilometer (330 mil) dan memiliki sejarah kompleks hubungan ekonomi yang erat serta pandangan yang berbeda mengenai perselisihan regional. Turki mendukung upaya pemberontak menggulingkan Presiden Bashar al-Assad yang didukung Iran dan Rusia selama perang saudara di Suriah.

Dukungan Ankara terhadap dua kemenangan Azerbaijan atas separatis Armenia di Nagorno-Karabakh juga menciptakan kegelisahan yang mendalam di Iran. Teheran khawatir kebangkitan Baku di wilayah Kaukasus dapat mendukung ambisi separatis etnis minoritas Azerbaijan di Iran.

Iran juga cemas dengan usulan jalur perdagangan di sepanjang perbatasan utara antara Azerbaijan dan Turki yang berpotensi mempersulit aksesnya ke Armenia. "Konflik paling penting antara Turki dan Iran mengenai Kaukasus dan Karabakh," kata pakar Iran yang berbasis di Ankara, Arif Keskin.

"Dengan adanya konflik di Gaza, isu ini hanya dikesampingkan, tetapi tetap menjadi isu penting," kata Keskin kepada AFP.

Kepresidenan Turki mengatakan Erdogan berdiskusi untuk menemukan sikap bersama melawan kebrutalan Israel melalui telepon dengan Raisi pada Minggu. Para analis percaya bahwa Iran sedang mencoba untuk mengkalibrasi sejauh mana mereka menggunakan kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah di Libanon untuk menekan Israel dan Amerika Serikat.

"Iran telah mewaspadai intervensi dalam krisis Timur Tengah yang sedang berlangsung dan kemungkinan besar akan menghindari tindakan apa pun yang dapat meningkatkan konflik," kata Eurasia Group dalam laporannya. "Karena Iran tidak memiliki kendali penuh atas sekutu-sekutunya, terdapat risiko bahwa tindakan yang tidak disengaja akan memicu pembalasan AS dan meningkatkan konflik," katanya.

Erdogan juga berulang kali menyuarakan kekhawatirannya tentang meluasnya perang. "Iran dan Turki akan terus bekerja sama untuk menjadikan gencatan senjata sementara menjadi permanen dan mencapai perdamaian permanen," kata kantor Erdogan setelah percakapan teleponnya dengan Raisi. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat