visitaaponce.com

Seniman Kritik Putusan MK lewat Pentas Ketoprak Tobong

Seniman Kritik Putusan MK lewat Pentas Ketoprak Tobong
Sandiwara ketoprak tobong di halaman Gedung DPRD DIY(MI/Ardi Teristi Hardi)

SEJUMLAH seniman tradisi Yogyakarta dan aktivis di Yogyakarta menggelar sandiwara ketoprak tobong di halaman Gedung DPRD DIY, Senin (6/11). 

Lakon yang diangkat dalam pementasan ini adalah "Mahkamah Kongkalikong".

Penulis naskah sekaligus sutradara lakon ketoprak "Mahkamah Kongkalikong" Nano Asmorodono mengatakan, pentas ketoprak ini merespons keputusan Mahkamah Konstitusi No. 90/PPU-XXI/2023 tentang Ketentuan Tambahan Pengalaman Menjabat dari Keterpilihan Pemilu dalam Syarat Usia Minimal Capres/Cawapres.

Baca juga: Survei: Elektabilitas Prabowo Turun Drastis Gara-Gara Putusan Mahkamah Keluarga

Nano Asmorodono berharap, pentas ketoprak tobong dengan lakon Mahkamah Kongkalikong semakin membuka kesadaran dan sikap kritis masyarakat tentang situasi negara saat ini. 

"Negara Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Oligarki politik telah bersekongkol sedemikian rupa dengan memaksakan perubahan konstitusi untuk melegitimasi agenda politik kekuasaannya," kata dia.

Baca juga: Gerindra: Putusan MKMK Tidak Ubah Komposisi Capres-Cawapres

Publik juga dapat melihat dengan mata terbuka tentang adanya konflik kepentingan dari Hakim Konstitusi sekaligus Ketua Hakim Mahkamah Konstitusi Anwar Usman yang ikut mengadili perkara yang menguntungkan keponakannya yang dijadikan sebagai dalil legal standing oleh pemohon. 

Hal ini bertentangan dengan the Bangalore Principle of Judicial Conduct, UU Kekuasaan Kehakiman, UU Mahkamah Konstitusi dan PMK tentang Deklarasi Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi. Khususnya terkait dengan Prinsip Ketakberpihakan (Imparsialitas) yang mengakibatkan putusan yang dihasilkan menjadi tidak sah

"Jika praktek-praktek politik kotor itu terus dijalankan di republik ini maka niscaya bangsa ini akan kembali mengulangi kesalahan politik di masa lalu di era Orde Baru dimana kekuasaan politik hanya dalam cengeraman segelintir elit politik. Kritik dan koreksi sebagai sarana majunya demokrasi disumpal dan dilibas dengan rekayasa kekuasaan," terang Nano.

Lakon Mahkamah Kongkalikong mengisahkan situasi Desa Antah Berantah yang semula aman tentram namun tiba-tiba gaduh karena dihempas badai nepotisme. Menjelang akhir masa pensiunnya, Ki Lurah dan saudara iparnya bersekongkol Ki Usmani membuat keputusan kontroversial yang memicu keresahan dan konflik sesama warga desa.

Sejumlah seniman bakal meramaikan pentas yakni Miyanto, Hargi Sundari, Sumardiyanto Ketel, Bagong Tris, Novi Kalur, Aldo Iwak Kebo, Tuminten, Dalyanto, Supri, Patit, Sarwono, Rika Anggita dan Yanti Lemoe. Sedangkan aktivis gerakan yang ikut tampil antara lain Hendro Plered, Noor Janis, Syafaat Noor Rochman, Dodo Alfaro, Bambang KSR dan Arya Yudha. (AT/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat