visitaaponce.com

Harga Minyak Lanjutkan Tren Naik

Harga Minyak Lanjutkan Tren Naik
Ilustrasi(Antara)

HARGA minyak menunjukkan tren kenaikan yang berkelanjutan. Prediksi dari Analisis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer, pergerakan harga minyak masih mencerminkan potensi kenaikan yang signifikan di tengah gejolak politik dan konflik global, sehingga mempengaruhi situasi di pasar minyak.

Salah satu faktor utama yang memainkan peran penting dalam kenaikan harga minyak adalah konflik di Timur Tengah.

"Sebelumnya, serangan Iran terhadap kapal Inggris di sekitar Laut Merah telah meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut," kata Fischer, Kamis (29/2).

Baca juga : Harga Minyak Diprediksi Lanjutkan Kenaikan Efek Konflik Timur Tengah

Selain itu, konflik antara Israel dan Hamas juga masih tinggi, memberikan tekanan tambahan terhadap pasar minyak. Konflik di wilayah Texas, AS, juga berkontribusi pada situasi ini, yang dapat meningkatkan kelangkaan minyak dan membatasi produksi di masa mendatang.

Fischer menunjukkan secara tren masih menunjukan pola kenaikan dan tidak ada tanda-tanda signifikan yang mengindikasikan pembalikan. Berbagai konflik tersebut masih menjadi pendorong utama harga minyak.

Berdasarkan rangkuman harga minyak hari ini, WTI diperdagangkan pada USD78,44 per barrel pada New York Mercantile Exchange, turun 0,55% dari sesi sebelumnya. Meski mengalami penurunan, minyak mentah kemungkinan akan mendapat support pada USD75,84 dan resistance pada USD79,61.

Baca juga : Harga Minyak Dunia Meredup. Imbas Konflik Timur Tengah?

Di ICE, harga Minyak Brent untuk penyerahan Mei turun sebesar 0,76%, diperdagangkan pada USD82,03 per barrel. Spread/ selisih antara kontrak Minyak Brent dan Minyak Mentah WTI berada pada USD3,59 per barrel.

Indeks Dolar AS Berjangka yang memantau kinerja greenback naik 0,11% dan diperdagangkan pada USD103,87 terhadap keranjang enam mata uang utama lainnya.

Dengan adanya kondisi geopolitik yang belum stabil dan konflik-konflik yang terus berlanjut, tren kenaikan harga minyak cenderung berlanjut dalam waktu dekat.

Baca juga : Presiden: Harga Minyak Dunia Diramalkan Terbang hingga US$150 per Barel

"Prediksi kenaikan harga minyak saat ini masih mendominasi. Namun, fluktuasi pasar tetap menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan," kata Fischer.

Analis ICDX Girta Yoga mengatakan penguatan harga minyak didukung oleh seruan demonstrasi oleh Hamas yang memicu kekhawatiran akan meluasnya konflik antara Israel dengan Hamas, serta ditambah dengan proyeksi peningkatan konsumsi bahan bakar di Tiongkok..

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada hari Rabu menyerukan warga Palestina untuk melakukan demonstrasi ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada awal Ramadan yang diperkirakan akan dimulai tahun ini pada 10 Maret.

Baca juga : Apa Dampak Perang Israel-Hamas bagi Pasar Minyak Dunia? Ini Prediksinya

Seruan dari Hamas tersebut berpotensi memicu kondisi konflik saat ini untuk menyebar lebih luas dan sekaligus meredam harapan gencatan senjata yang diharapkan oleh Presiden AS Joe Biden untuk bisa tercapai secepatnya minggu depan.

Sentimen positif lainnya datang dari permintaan bahan bakar untuk sektor penerbangan di Tiongkok yang diperkirakan akan meningkat sebesar 13% pada tahun 2024 karena lonjakan perjalanan penumpang, ungkap badan penelitian raksasa energi negara China National Petroleum Corp (CNPC) pada hari Rabu.

Selain itu, konsumsi bensin juga kemungkinan tumbuh 1,3% menjadi 165,1 juta metrik ton yang dipicu oleh peluncuran kendaraan listrik (EV) yang terus berlanjut dengan cepat di Tiongkok.

Baca juga : Presiden Iran Ebrahim Raisi Kunjungi Turki Besok Bahas Israel-Hamas

Sementara itu, menyusul pengumuman pada hari Selasa mengenai larangan ekspor bensin Rusia yang mulai akan dilakukan pada 1 Maret selama 6 bulan, Wakil Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa Rusia tidak mempertimbangkan larangan ekspor solar, dan larangan ekspor bensin dapat dicabut kapan saja jika pasar sudah jenuh.

Novak juga mengatakan masih terlalu dini untuk membicarakan kemungkinan perpanjangan pengurangan pasokan minyak sukarela yang dilakukan oleh negara-negara OPEC+ hingga kuartal kedua atau hingga akhir tahun 2024.

Pernyataan Novak tersebut meredam kekhawatiran pasar akan berkurangnya pasokan dari Rusia serta mengindikasikan potensi Rusia untuk tidak ikut serta dalam pengurangan produksi yang dilakukan oleh OPEC+.

Baca juga : 4 Hal Tentang Pasukan Houthi di Yaman

Dari sisi pasokan, badan statistik pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa stok minyak mentah AS dalam sepekan melonjak naik sebesar 4,20 juta barel, melebihi prediksi awal yang memperkirakan stok akan naik sebesar 2,74 juta barel.

Namun, untuk stok bensin dilaporkan turun sebesar 2,83 juta barel, lebih besar dari prediksi awal yang memperkirakan stok bensin akan turun sebesar 1,46 juta barel.

EIA melihat penurunan stok bensin lebih disebabkan karena pemadaman listrik yang terjadi beberapa waktu terakhir, sementara untuk stok minyak yang naik mengindikasikan penurunan permintaan di pasar minyak AS.

"Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level USD80 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level USD76 per barel," kata Girta. (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat