visitaaponce.com

Israel Kosongkan Paksa Gaza Ketika Dunia Serukan Gencatan Senjata

Israel Kosongkan Paksa Gaza Ketika Dunia Serukan Gencatan Senjata
Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, porak-poranda setelah dibom Israel.(AFP)

ISRAEL telah memerintahkan lebih banyak evakuasi di Kota Gaza Selatan, Palestina, sementara para diplomat terus berupaya untuk merealisasikan gencatan senjata dalam perang yang menurut Hamas telah merenggut 20.000 nyawa.

PBB mengatakan Militer Israel memerintahkan evakuasi segera di wilayah Kota Khan Younis bagian tengah dan selatan, di mana lebih dari 140.000 pengungsi berlindung.

Israel meminta warga sipil untuk meninggalkan bagian utara wilayah Palestina yang terkepung pada awal konflik, dan mendesak mereka untuk mencari tempat yang lebih aman di wilayah selatan.

Baca juga : Perluas Serangan, Houthi Yaman Ancam Serang Kota Eilat Israel

Namun, seiring dengan semakin sempitnya tempat untuk mengungsi, kemarahan internasional semakin meningkat akibat bertambahnya jumlah korban jiwa.

Perang dimulai ketika Hamas menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.140 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekitar 250 orang, menurut penghitungan AFP yang didasarkan pada angka-angka dari Israel.

Kantor media pemerintah Hamas di Jalur Gaza mengatakan pada hari Rabu bahwa sedikitnya 20.000 orang telah terbunuh di wilayah Palestina sejak perang dengan Israel dimulai.

Baca juga : AS Ingin Gencatan Senjata Sementara di Gaza, Hamas Ogah

Dikatakan bahwa 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita termasuk di antara korban tewas.

Kepala bantuan PBB Martin Griffiths menganggapnya sebagai tonggak sejarah yang tragis dan memalukan.

Di kota Rafah di bagian selatan, di mana bola api dan asap membumbung tinggi setelah ledakan-ledakan pada hari Rabu, penduduk setempat menyatakan harapannya agar pembicaraan gencatan senjata dapat berhasil.

Baca juga : Dikeroyok Jet Tempur AS dan Inggris, Houthi Yaman Tetap Bela Palestina

"Saya berharap gencatan senjata sepenuhnya, dan mengakhiri rangkaian kematian dan penderitaan. Sudah lebih dari 75 hari," kata Kassem Shurrab, 25.

Harapan bahwa Israel dan Hamas akan mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera telah meningkat minggu ini ketika kepala kelompok militan Palestina mengunjungi Mesir dan pembicaraan diadakan di Eropa.

Pemimpin Hamas yang berbasis di Qatar, Ismail Haniyeh, tiba di Mesir pada hari Rabu untuk melakukan pembicaraan dengan kepala intelijen negara itu, Abbas Kamel.

Baca juga : Milisi Houthi Yaman Tembakkan Rudal ke Kapal Perang AS

Haniyeh juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, namun tidak ada rincian yang dirilis.

Hamas minta gencatan senjata total

Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada AFP bahwa gencatan senjata total dan mundurnya tentara pendudukan Israel dari Jalur Gaza merupakan prasyarat untuk negosiasi serius mengenai pertukaran tawanan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa tidak akan ada gencatan senjata di Gaza sebelum meleyapkan Hamas.

Baca juga : Hamas: Tindakan Brutal AS-Inggris ke Yaman adalah Terorisme

"Tidak ada harapan pada saat ini. Tapi kami terus mendorongnya,” kata Presiden AS Joe Biden mengatakan mengenai kesepakatan pembebasan sandera.

Direktur Mossad David Barnea mengadakan pertemuan positif di Warsawa minggu ini dengan kepala CIA Bill Burns dan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, sebuah sumber yang mengetahui tentang pembicaraan tersebut mengatakan kepada AFP.

Qatar, yang didukung oleh Mesir dan Amerika Serikat, bulan lalu membantu menengahi gencatan senjata selama satu minggu pertama yang menghasilkan pembebasan 80 sandera Israel dengan imbalan 240 tahanan Palestina.

Baca juga : Arab Saudi Respons Serangan AS-Inggris ke Yaman, Minta Semua Pihak Menahan Diri

Israel mengatakan pada hari Rabu bahwa pasukannya telah menemukan jaringan terowongan yang digunakan oleh para pemimpin Hamas, termasuk Yahya Sinwar, pemimpin gerakan Islamis di Gaza.

Militer Israel merilis rekaman yang dikatakannya menunjukkan jaringan besar di sekitar Alun-Alun Palestina di Kota Gaza yang menghubungkan tempat persembunyian dan tempat tinggal.

Ratusan pertempuran jarak dekat

Tentara Israel melaporkan adanya pertempuran jarak dekat dan lebih dari 300 serangan dalam satu hari terakhir, sementara jumlah korban tewas di kalangan pasukannya sendiri meningkat menjadi 134 orang di dalam Gaza.

Baca juga : Houthi Yaman Tembakkan Drone dan Rudal ke Kapal AS

Sebuah kamera langsung AFPTV pada hari Rabu merekam dua bom yang menghantam Rafah, di mana banyak dari sekitar 1,9 juta orang yang mengungsi di wilayah itu telah melarikan diri.

Kementerian Kesehatan Hamas mengatakan serangan Israel menewaskan sedikitnya 12 orang Palestina ketika rumah-rumah dan sebuah masjid di Rafah menjadi sasaran.

Dilaporkan sedikitnya 30 orang lainnya tewas dalam serangan Israel yang menghantam dua rumah di sebelah timur Khan Yunis.

Baca juga : AS Vs Houthi Memanas, Kapal Perang Iran Masuki Laut Merah

Kerumunan orang mengerumuni reruntuhan, menggali dengan sekop dan backhoe untuk mencoba membebaskan para korban. Satu tubuh yang menghitam tergeletak di bawah selimut biru di atas tanah yang berlumuran darah.

"Sudah cukup, sudah cukup dengan semua ini. Kami telah kehilangan segalanya dan kami tidak tahan lagi," ujar Samar Abu Luli, seorang wanita di Rafah, setelah serangan Israel di kawasan Al-Shabura.

Dewan Keamanan PBB akan mencoba sekali lagi pada hari Kamis untuk meloloskan sebuah resolusi yang menyerukan penghentian pertempuran setelah usaha-usaha sebelumnya untuk mendapatkan dukungan dari Washington gagal.

Baca juga : AS Jatuhkan Banyak Drone dan Rudal Houthi di Laut Merah

Israel telah menolak istilah "gencatan senjata” dan AS telah dua kali menggunakan hak vetonya untuk menggagalkan resolusi yang ditentang oleh Israel sejak dimulainya perang.

Uni Emirat Arab mensponsori sebuah rancangan resolusi mengenai konflik yang telah diperhalus untuk menjamin kompromi, menurut versi rancangan yang dilihat oleh AFP.

Rancangan tersebut menyerukan penghentian permusuhan segera untuk memungkinkan akses kemanusiaan yang aman dan tanpa hambatan, dan untuk langkah-langkah mendesak menuju penghentian permusuhan yang berkelanjutan.

Baca juga : DK PBB Gagal Hentikan Genosida di Gaza

Analis International Crisis Group, Richard Gowan, mengatakan bahwa ada kesan kuat bahwa Biden akan membuat keputusan akhir mengenai hal ini.

Israel, yang mengumumkan pengepungan total terhadap Gaza pada awal perang, sejak saat itu mengizinkan truk-truk bantuan melewati penyeberangan perbatasan Rafah dengan Mesir dan, mulai minggu ini, penyeberangan Kerem Shalom miliknya sendiri.

Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka telah mengirimkan makanan melalui Kerem Shalom dalam konvoi bantuan langsung pertama dari Yordania dan memperingatkan risiko kelaparan.

Baca juga : AS Bentuk Koalisi, Houthi Tetap Serang Kapal di Laut Merah

Perang ini telah memicu kekhawatiran eskalasi regional, dengan pertukaran tembakan di perbatasan Lebanon, dan rudal-rudal dari pemberontak Yaman yang didukung Iran mengganggu pelayaran Laut Merah.

Israel mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya telah menyerang sebuah pusat komando operasional yang digunakan oleh militan Hizbullah yang didukung oleh Iran dan menembaki para pejuang yang sedang menuju ke perbatasan Libanon-Israel.

Peringatan tersebut muncul setelah Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka sedang membangun gugus tugas angkatan laut multinasional untuk melindungi kapal-kapal yang transit di Laut Merah dari serangan Houthi yang dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza. (AFP/Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat