visitaaponce.com

Polemik UKT, Dosen ITB Minta Kampus Kreatif Cari Pendanaan

Polemik UKT, Dosen ITB Minta Kampus Kreatif Cari Pendanaan
Ketua Program Mini Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung-Inclusive Education, Donlad Crestofel Lantu(DOK/ISTIMEWA)

KENAIKAN Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dilakukan beberapa universitas
masih menjadi polemik. Perguruan tinggi menaikan UKT, karena keterbatasan dana yang diterima dari Kementerian Pendidikan, sehingga menaikan UKT menjadi solusi utama untuk mengatasinya.

Menyikapi polemik itu, Ketua Program Mini Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung-Inclusive Education, Donlad Crestofel Lantu di Bandung Selasa (21/5) mengatakan, bahwa permasalahan yang ada di dunia pendidikan itu seperti puncak gunung es. Di bawahnya banyak persoalan yang belum terselesaikan yang harus segera dievaluasi dan diperbaiki.

"Kita mulai dari yang makro. Anggaran pendidikan 20% dari APBN itu sudah bagus. Tapi dalam pelaksanaannya, total dana pendidikan di 2024 sebesar Rp665 Triliun, hanya Rp85 Triliun yang dikelola oleh Kemendikbudristek atau sekitar 13%. Bahkan hanya Rp35 Triliun, alokasi untuk pendidikan tinggi yang, sangat kecil sekitar 5%," jelasnya.

Baca juga : Anies Baswedan Singgung UKT Mahal Dibayar Pakai Pinjol, ini Kata Ganjar Pranowo

Inilah mengapa, lanjut dia, Kemendikbudristek memilliki keterbatasan yang mesti diperbaiki porsi dan efektivitas pengelolaannya. Secara kontras, tanggung jawab Kemendikbudristek dan perguruan tinggi
sangat besar, karena mereka harus menjadi ujung tombak penciptaan
Indonesia emas di 2045.

Sementara jika melihat data, yang bisa menikmati pendidikan tinggi di Indonesia itu hanya 6%, S1 dan S2 cuma 0,45%. Jelas kecil sekali jumlahnya, dibandingkan dengan lulusan SMA yang mencapai 6,7 juta per tahun. Ini sangat jomplang dibandingkan negara-negara tetangga Indonesia.

Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh, selain anggaran
yang terbatas tersebut. Ada banyak hal yang mungkin bisa dilakukan untuk memperbaiki itu menjadi lebih efisien dan optimal.

Baca juga : Mahasiswa ITB Demo, Tolak Pembayaran UKT Melalui Pinjol

Yang kedua secara mikro, kampus juga wajib mencari sumber-sumber pendapatan lain, jangan hanya bergantung ke UKT dan pemerintah.

"Kampus harus kreatif dalam mendiversifikasi pendapatannya. Sudah ada
benchmarknya dan kita bisa belajar dari universitas asing yang sudah
profesional dalam mencari pendapatan lain dari optimalisasi aset,
pengembangan pendidikan eksekutif, konsultansi dan grant penelitian dari luar negeri, pengelolaan dana abadi, alumni, dan sebagainya" lanjutnya.

Menurut Donald, satu hal penting yang perlu didorong adalah
profesionalitas pengelolaan kampus. Kampus harus menerapkan
praktek-praktek manajemen kekinian dan mengembangkan leadership yang
transformational.

Dosen itu perlu diberdayakan, didorong agar bisa menciptakan nilai-nilai baru, mencari solusi bagi masyarakat dan diapresiasi sebagai kapital, bukan sebagai aset produksi yang sangat dibebani dengan tugas2 administratif yang menghabiskan waktu dan energinya.

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat