visitaaponce.com

Empat Upaya Tingkatkan Kesehatan Mental Bidan di Masa Pandemi

Empat Upaya Tingkatkan Kesehatan Mental Bidan di Masa Pandemi
Seorang bidan melakukan pelayanan akseptor KB dengan protokol kesehatan vovid-19 di Klinik Pratama Edelweiss, Bandung, Jawa Barat.(ANTARA FOTO/Novrian Arbi)

BIDAN memegang peranan penting dalam kesehatan masyarakat Indonesia, terutama kesehatan ibu dan anak.

Bidan berperan dalam mendampingi perempuan sejak masa pra kehamilan hingga paska persalinan, antara lain memantau kesehatan fisik dan psikologis ibu selama masa kehamilan, membantu merencanakan proses kelahiran, mendampingi persalinan normal, memberikan edukasi perawatan bayi, dan banyak lainnya.

Berbagai tugas bidan tersebut memiliki andil penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak; yang menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional di Indonesia.

Baca juga : Ini Beda Penanganan Covid-19 pada Masa Pandemi dan Endemi

Selama masa pandemi covid-19 ini, pekerjaan bidan sebagai salah satu garda terdepan layanan kesehatan menjadi lebih rumit.

Para ibu cenderung mengandalkan bidan sebagai sumber dukungan emosional selama masa persalinan, karena keterbatasan pengunjung di klinik atau rumah sakit.

Selain itu, beban kerja bidan dapat dikatakan semakin besar karena Indonesia diprediksi memiliki empat juta angka kelahiran selama masa pandemi ini; tertinggi kelima di dunia.

Baca juga : Masyarakat Diminta Waspada Covid-19 Jelang Liburan Akhir Tahun

Terlebih lagi, banyak negara melaporkan peningkatan jumlah layanan rumah yang dilakukan bidan, termasuk untuk memberikan imunisasi bagi anak dan edukasi kesehatan bagi ibu, karena ketakutan ibu untuk pergi ke klinik atau rumah sakit. 

Berbagai hal tersebut ditambah situasi pandemi covid-19 yang penuh ketidakpastian menjadi sumber stres tersendiri bagi para bidan. Selain itu, bidan juga menghadapi tantangan perubahan pola kerja hingga kekhawatiran akan risiko penularan virus yang tinggi, baik bagi dirinya sendiri maupun keluarga.

Sebuah studi menyatakan bahwa bidan yang menangani pasien covid-19 berisiko dua kali lebih besar mengalami kelelahan emosi dibandingkan mereka yang tidak menangani pasien covid-19. 

Baca juga : Masyarakat Diajak Tetap Jaga Kesehatan dan Daya Tahan Tubuh

“Situasi pandemi membuat lingkungan pekerjaan bidan menjadi lebih riskan daripada sebelumnya. Risiko bidan terpapar virus juga sangatlah besar," jelas Founder & Direktur Personal Growth - Counseling & People Development, psikolog klinis Ratih Ibrahim, M.M. dalam keterangan pers, Selasa (22/1). 

"Belum lagi para bidan juga memiliki keluarga di rumah, hal ini tentunya menambah beban pikiran mereka setiap harinya. Tidak hanya itu, bidan juga dituntut untuk mampu menjadi sumber dukungan emosional ibu saat menjalani proses persalinan," jelasnya.

Berbagai hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi kesehatan mental para bidan.

Baca juga : Kasus Covid-19 di Jabar Meningkat, Kang Emil Minta Warga Perketat Prokes

Dalam studi kualitatif awal yang kami lakukan, lewat wawancara mendalam melalui telepon pada bidan-bidan di berbagai daerah di Indonesia, ditemukan bahwa 40% bidan megalami kecemasan selama masa pandemi ini, lainnya juga mengalami berbagai pengalaman negatif, seperti rasa takut, marah, sedih, stres, dan sebagainya.

"Maka, penting sekali untuk melakukan suatu upaya dalam membantu para bidan ini meningkatkan dan menjaga kesehatan mentalnya, sehingga mereka bisa bekerja secara produktif dalam mewujudkan kesehatan ibu dan anak yang baik di Indonesia,” papar Ratih.

Lebih lanjut, Personal Growth melakukan studi bertajuk “Dampak Psikologis Pandemi Covid-19 pada Bidan Praktek Mandiri & Swasta di Indonesia dan Kaitannya dengan Persepsi Pengetahuan dan Adaptasi Individu” terhadap Bidan Praktik Mandiri (BPM) dan Swasta (BPS) di berbagai daerah di Indonesia melalui survei daring pada bulan Oktober - November 2020 lalu.

Baca juga : RI Menuju Endemi, Warga Diminta Jaga Pola Hidup Sehat

Studi ini menemukan terdapat cukup banyak bidan yang mengalami gejala kecemasan (29%, N=123), stres (10%, N=42), dan depresi (15%, N=62) dalam kategori ringan hingga parah.

Sebanyak 32% responden mengalami kecemasan disfungsional terkait kondisi pandemi, hal ini mengindikasikan bahwa para bidan mengalami kecemasan dalam tingkat yang intens hingga mengganggu fungsi dan keseharian hidup mereka.

Studi ini menemukan bahwa terdapat korelasi signifikan antara persepsi bidan terhadap pengetahuan yang mereka miliki (perceived knowledge) terkait covid19 dengan tingkat stres, kecemasan dan depresi para bidan. Terbukti bahwa semakin rendah pemahaman bidan terkait covid-19, maka semakin tinggi tingkat kecemasan yang dimiliki.

Baca juga : Dukung Event Off Line, Masyarakat Diajak Tetap Terapkan Prokes

“Kemampuan adaptasi terhadap stres kerja (work adaptability) juga ditemukan sebagai faktor yang paling kuat berhubungan dengan kondisi kesehatan mental para bidan," ungkap psikolog klinis, Gracia Ivonika, M.Psi, yang juga merupakan salah satu penulis studi tersebut.

"Sayangnya, studi ini menemukan bahwa kemampuan adaptasi bidan terhadap stres pekerjaan masih cukup rendah. Sebesar 54% responden dilaporkan memiliki skor dibawah rata-rata pada kemampuan beradaptasi terhadap stres pekerjaan ini," jelasnya.

"Hal ini juga berkaitan dengan kondisi pandemi covid-19 yang serba tidak pasti. Protokol kesehatan dan prosedur pelayanan terus berubah-ubah hingga pola dan media kerja yang baru juga dapat memicu kelelahan dan stres bagi para bidan,” tambah Gracia.

Baca juga : Puan Minta Masyarakat Tidak Euforia Berlebihan Tetap Taat Prokes

Temuan ini menunjukkan bahwa para bidan membutuhkan dukungan untuk dapat memelihara kesehatan mentalnya lebih baik, juga bekerja secara produktif. Empat hal berikut merupakan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dipelajari dan dilatih para bidan:

1. Growth Mindset

Growth mindset merupakan pola pikir yang mengarahkan individu pada pengembangan diri melalui belajar dan resiliensi; kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit.

Baca juga : DPR Minta Pemerintah Gencarkan Edukasi Disiplin Prokes

Belajar untuk dapat beradaptasi dengan baik merupakan salah satu bentuk dari growth mindset, yang menjadi faktor protektif dari berbagai masalah kesehatan mental, khususnya saat menghadapi situasi sulit dan penuh tantangan, seperti di masa pandemi covid-19 ini.

Oleh karena itu, hal ini penting dimiliki oleh para bidan agar tetap dapat menjaga kesehatan mental mereka dalam kondisi apapun, termasuk di masa pandemi ini.

2. Regulasi Emosi

Baca juga : Kolaborasi Swasta dan Pemerintah Hadirkan Posko Mudik Aman dan Sehat

Beberapa jenis emosi dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang bisa dialami setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, seperti rasa sedih, terkejut, kecewa, marah terlebih saat menghadapi situasi sulit.

Namun, hal penting yang perlu dipahami adalah cara mengelola emosi-emosi negatif tersebut secara sehat. Regulasi emosi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengelola emosi secara tepat demi mencapai keseimbangan emosional.

Oleh karena itu, seorang bidan perlu untuk mempelajari pengelolaan emosi agar dapat meningkatkan kualitas kinerjanya dalam memberi pelayanan bagi pasien, yaitu ibu hamil. 

Baca juga : Kemenkes Usung Topik Harmonisasi Kesehatan Global di G20 Health Working Group

3. Manajemen Stres

Banyak bidan yang masih kesulitan untuk tetap tenang saat menghadapi kondisi yang rumit atau beban pekerjaan yang semakin berat selama pandemi covid-19.

Melalui teknik manajemen stres, para bidan dapat mengidentifikasi sumber stres yang dialami dan menggunakan strategi koping yang berfokus pada sumber emosi dan/atau masalah yang dihadapi. 

Baca juga : Atasi Pandemi, Menkes: Perlu Harmonisasi Standar Prokes Global

4. Perencanaan Konkret (Planning)

Kemampuan beradaptasi dalam situasi krisis dan situasi yang penuh ketidakpastian dapat berpengaruh signifikan terhadap kesehatan mental bidan.

Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk beradaptasi dalam situasi tersebut adalah dengan membuat perencanaan yang tepat dan efektif, sebagai langkah nyata penerapan growth mindset.

Dengan menggunakan perspektif SMART (specific, measurable, achievable, relevant, dan time-framed), para bidan dapat menyusun prioritas berdasarkan perubahan kondisi saat ini secara realistis dalam jangka pendek dan jangka panjang, serta mengantisipasi kemungkinan hambatan atau tantangan dengan mempersiapkan plan B. Dengan menerapkan perspektif tersebut, diharapkan dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh para bidan.

“Keempat hal ini; growth mindset, regulasi emosi, manajemen stres, dan perencanaan konkret; adalah keterampilan yang menjadi bekal penting bagi para bidan untuk menghadapi apapun situasi tak terduga dan penuh tekanan yang mungkin datang di masa depan,” tutup Ratih. (RO/OL-09)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat