visitaaponce.com

Waspada Cuaca tak Menentu Picu DBD

Waspada! Cuaca tak Menentu Picu DBD
Petugas melakukan fogging untuk mencegah merebaknya nyamuk demam berdarah di Tangerang Selatan(MI/Agung Wibowo)

DIREKTUR Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menyatakan cuaca panas/terik dan hujan yang tak menentu dalam sebulan hari terakhir berpotensi meningkatkan kasus demam berdarah dengue (DBD) di masyarakat. Oleh sebab itu pemberantasan sarang nyamuk harus terus dilakukan dan tidak perlu menunggu adanya kerja bakti.

“Kondisi cuaca tersebut dapat meningkatkan genangan air yang menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk Aedes Aegypti, penyebar virus DBD. Dari perspektif epidemiologi, hujan yang konsisten setiap hari lebih diinginkan karena menggantikan air yang lama dengan yang baru,” jelasnya kepada Media Indonesia pada Minggu (24/3).

Dalam kesempatan tersebut Imran menyoroti peningkatan jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2024. Pada tanggal 18 Maret 2024, jumlah kasus mencapai 35.556, dengan enam provinsi menyumbang kasus terbanyak yang berada di wilayah Sumatera dan Jawa.

Baca juga : Peningkatan Kasus DBD Disebabkan Belum Terkendalinya Vektor, Salah Satunya Nyamuk

"Total kematian akibat DBD hingga minggu ke-11 tahun 2024 telah mencapai 290 jiwa. Jika dibandingkan dengan sebaran kasus DBD di Indonesia kumulatif Tahun 2023, terdapat 114.720 kasus DBD dengan sebaran kematian sebanyak 894 jiwa,” jelasnya.

Imran menjelaskan bahwa Kemenkes RI telah menerapkan beberapa langkah strategis dalam upaya pemberantasan penyakit DBD salah satunya dengan mewujudkan surveilans dengue secara data seketika melalui pengembangan SIARVI (Sistem Informasi Arbovirosis), membentuk Tim Gerak Cepat dalam penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), dan sistem kewaspadaan dini KLB.

Sosialisasi Teknologi Nyamuk Wolbachia

Sementara itu, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan sangat perlu dibenahi secara maksimal terkait bentuk sosialisasi teknologi nyamuk wolbachia kepada masyarakat agar penolakan dan resistensi masyarakat dapat dikendalikan dengan baik sehingga dapat mencegah kasus DBD ke depan.

Baca juga : Sekelompok Warga Bandung Demo Tolak Penyebaran Nyamuk Wolbachia

“Ini sangat penting dan merupakan suatu hal utama dalam kesuksesan program, kalau memang ingin dijalankan. Selain itu, sejak sekarang perlu diantisipasi tentang aspek logistik yaitu pengadaan nyamuk ber-Wolbachia ini dalam jumlah yang besar. Tanpa persiapan logistik, maka hasil tidak akan tercapai optimal,” ujarnya

Lebih lanjut Prof Tjandra menjelaskan langkah-langkah upaya untuk mengendalikan kasus DBD meliputi tiga hal yakni mulai dari lingkungan, vektor (nyakuk) dan ketahan tubuh manusia.

“Secara rutin masyarakat harus menjaga lingkungan dari genangan air sebab air tergenang bisa berpotensi menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk. Hal itu harus terus digencarkan melalui gerakan 3M yakni membuang, mengubur dan mendaur ulang,” ujarnya.

Baca juga : Pemkot Bandung Lepas 308 Ember Telur Nyamuk Wolbachia

“Selain itu pemerintah harus terus mengendalikan vektor dengan menggunakan teknologi nyamuk wolbachia dan tentunya meningkatkan vaksinasi bagi masyarakat untuk memperkuat daya tahan tubuh,” lanjutnya.

Selain itu, pemerintah juga harus memperhatikan penyediaan fasilitas kesehatan untuk menangani kasus DBD yang angkanya mulai signifikan meningkat. Dikatakan bahwa berbagai obat-obatan dan fasilitas pendukung rumah sakit harus segera dipenuhi guna mencegah adanya peningkatan pasien DBD.

“Berbagai dinas kesehatan dan direktorat rumah sakit agar menyediakan obat-obatan, ruang dan cadangan cairan infus untuk kasus DBD. Lalu pastikan masyarakat dapat menjaga lingkungan rumah, sekolah dan bekerja agar jangan ada genangan air yang berpotensi menjadi tempat perkembangan nyamuk,” ungkapnya. (Dev/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat