visitaaponce.com

Keberhasilan Pemkot Bandung Turunkan Angka Stunting diapresiasi Pemprov Jawa Barat

Keberhasilan Pemkot Bandung Turunkan Angka Stunting diapresiasi Pemprov Jawa Barat
Penjabat Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono(MI/NAVIANDRI)

KEBERHASILAN Pemerintah Kota Bandung dalam upaya penanganan penurunan masalah stunting menunjukkan hasil signifikan. Keberhasilan itu mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan data pada 2023 lalu, angka stunting di Kota Bandung sebesar 16,3%, turun 3,1% dibandingkan 2022 yang mencapai 19,4%.

Apresiasi yang diberikan kepada Pemkot Bandung dikatakan Ketua Tim
Penilai Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar, Aji Sumarwan pada evaluasi dan penilaian pencegahan stunting tingkat Jabar di Balai Kota Bandung.

Baca juga : Program Intervensi Stunting Vale Indonesia Berlangsung di Bandung

"Tim DKPP Jabar mengapresiasi langkah-langkah yang diambil oleh Pemkot
Bandung. Hasilnya Pemkot Bandung telah menunjukkan kemajuan yang
signifikan, dengan angka stunting 16,3% dan target yang ambisius
untuk tahun-tahun mendatang," ujarnya.

Hal sama juga dilontarkan oleh Tim Penilai Dinas Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Jabar, Ani Widiyaningsih. Dia menyatakan bahwa aksi penurunan stunting sudah sangat bagus dan perlu terus ditingkatkan. Setiap tahun Kota Bandung sukses menurunkan angka stunting.

"Berdasarkan data yang kami miliki, pada 2018 angka stunting Kota
Bandung mencapai 26,21%. Bahkan sempat naik menjadi 28,12% pada 2019. Namun pada 2021 turun menjadi 26,4% dan 2023 kembali turun menjadi 16,3%," tuturnya.

Baca juga : Unpar, IKA Unpar dan BPPKB Kota Bandung Bergerak Bersama Tekan Angka Tengkes

Menanggapi penilaian tersebut, Penjabat Wali Kota Bandung, Bambang
Tirtoyuliono menegaskan, komitmen Pemkot Bandung terus menurunkan angka
stunting. Untuk terus menurunkan angka stunting, pemkot telah membagi
intervensi menjadi dua jenis, yaitu intervensi spesifik dan sensitif.

"Kami berupaya mencapai target penurunan angka stunting menjadi 14% pada 2024 dan 13,31% pada 2025," ungkapnya.

Menurut Bambang, intervensi spesifik mencakup pemberian makanan tambahan (PMT), pendampingan KRS (kartu rencana sehat) dan jaminan pembiayaan kesehatan melalui UHC. Sementara intervensi sensitif di antaranya peningkatan kemampuan kader, konsistensi komunikasi, informasi dan edukasi masif dan monitoring evaluasi terintegrasi dalam apliaksi E-penting.

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat