visitaaponce.com

Chandra Asri Investasikan Rp15 Triliun Bangun Pabrik Soda Kaustik

Chandra Asri Investasikan Rp15 Triliun Bangun Pabrik Soda Kaustik
workshop Hilirisasi pada Sektor Industri Kimia dan Peran Sektor Infrastruktur di Bandung, Kamis (29/2)(MI/SUGENG SUMARIYADI)

CHANDRA Asri Group terus melakukan ekspansi. Tahun ini, perusahaan petrokimia terbesar dan terintegrasi di Indonesia itu bersiap membangun pabrik penghasil soda kaustik (CA) dan ethylene dichloride (EDC).

"Ini merupakan upaya Chandra Asri Group untuk mendukung hilirisasi rantai nilai nikel, komponen penting bagi industri kendaraan listrik yang tengah dikembangkan pemerintah. Soda kaustik merupakan bahan untuk memproses nikel," ungkap Direktur Legal, Hubungan Eksternal dan Ekonomi Sirkular Chandra Asri Group, Edi Riva'i,Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) di Bandung, Kamis (29/2).

Dalam workshop Hilirisasi pada Sektor Industri Kimia dan Peran Sektor Infrastruktur sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia itu, dia menambahkan operasional perusahaan ini akan dilakukan anak perusahaan Chandra Asri Group, PT Chandra Asri Alkali.

Baca juga : Komisi XI DPR RI Dukung BNI Ekspansi Bisnis ke Luar Negeri

Pabrik CA-EDC ini akan memproduksi lebih dari 400 KTA CA dan 500 KTA EDC. "Di seluruh Asia Tenggara mengalami kekurangan soda kaustik. Indonesia sendiri diprediksi mengalami defisit hingga 462 KTA pada 2026," tambah Edi.

Direktur Sumber Daya Manusia dan Hubungan Korporat Chandra Asri Group Suryandi menambahkan, pembangunan pabrik ini membutuhkan dana sekitar US $ 1 miliar atau Rp15 triliun.

"Pembangunan akan dimulai pada semester 2 tahun ini. Pembangunan konstruksi membutuhkan waktu 2 tahun, sehingga diperkirakan selesai pada 2027." paparnya.

Baca juga : Program Penguatan Bank Sukses Dilaksanakan di Pondok Labu, Jaksel

PT Chandra Asri Group juga berekspansi dalam bidang infrastruktur. Edi mengatakan, lewat PT Chandra Daya Investasi, mereka akan membangun pembangkit listrik, pengolahan air, pengelolaan tangki penyimpanan dan dermaga.

"Bisnis infrastruktur juga dilakukan di Cilegon, Banten, yang merupakan kawasan industri paling lengkap dan paling cepat berkembang di Indonesia. Bisnis infrastruktur ini akan memanfaatkan aset milik Chandra Asri Group dan akan menjadi lini bisnis sendiri," tambahnya.

Untuk menjalankan bisnis baru itu, pihaknya bermitra bersama sejumlah perusahaan lain, di antaranya Salim Group, Krakatau Steel Group dan Posco.

Baca juga : Perusahaan dari Grup Mind Id Lebarkan Bisnis ke Energi Baru Terbarukan

"Chandra Daya Investasi  berfokus untuk menghasilkan keuntungan
dalam jangka panjang, stabil, dan berkelanjutan. Mereka akan memberikan peningkatan pertumbuhan lebih lanjut terhadap aset-aset yang ada," tandasnya.

 

Pengembangan petrokimia

Baca juga : Pabrik PT Chandra Asri Bocor, Warga Sesak Napas

 

Sementara itu, pada acara yang sama, Direktur Industri Kimia Hulu, Kementerian Perindustrian, Putu Nadi Astuti menambahkan petrokimia yang menjadi bagian dari industri kimia hulu merupakan industri padat modal karena memerlukan operasi teknologi tinggi. Perkembangan investasi sektor industri kimia hulu tumbuh 38,04%

"Industri Petrokimia bersama dengan industri logam dan baja menjadi petanda tingkat kemajuan suatu negara karena merupakan basis bagi industri manufaktur. Keberadaannya menjadi salah satu pilar industri
nasional yang perlu dikembangkan melalui penguatan struktur dari hulu hingga produk hilir untuk memenuhi kebutuhan domestik berupa pangan, sandang dan papan," lanjutnya.

Baca juga : PTK Dapat Fasilitas Kredit Rp279,27 Miliar dari Bank Mandiri

Produk-produk petrokimia, tambah dia,  sebagian telah diproduksi di dalam negeri, namun belum mencukupi kebutuhan domestik, sehingga perlu diimpor dari berbagai negara. Nilainya lebih dari US$ 9,5 miliar pada 2023 dan akan terus meningkat pada masa yang akan datang.

Menurut Putu, pemerintah terus melakukan penguatan di bidang industri kimia hulu. Sejumlah langkahnya ialah mendorong realisasi investasi meningkatkan utilisasi industri dan daya saing industri. Selain itu juga meningkatkan daya saing, serta meningkatkan akses pasar dan melindungi industri domestik.

Pada kesempatan yang sama ekonom Hendri Saparini mengaku pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih sangat optimistis. Pada 2024, Produk domestik bruto diperkirakan tumbuh 4,9%-5%.

Baca juga : Penuhi Standar Internasional, Deodoran Asal Makassar ini Ekspansi hingga New York

"Beberapa faktor yang memengaruhinya, di antaranya konsumsi rumah tangga masih relatif stabil, meski cenderung melemah. Selain itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga relatif stabil, ditunjang kebijakan hilirisasi yang menahan perlambatan investasi yang biasa
terjadi di tahun politik," tambahnya.

Selain itu, belanja pemerintah juga akan menguat marjinal dibanding
2023. Penguatan tertahan oleh peningkatan pembayaran bunga utang.

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat