visitaaponce.com

Nama-nama Jenis Pakaian Adat Bali

Nama-nama Jenis Pakaian Adat Bali
Warga mengenakan pakaian tradisional Bali saat bersembahyang di Denpasar, Bali.(ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo)

BALI merupakan pulau yang terkenal karena wisata alam serta makanan tradisionalnya. Namun, tidak hanya itu, pakaian adat Bali tidak kalah menarik dari alamnya yang indah.

Di balik keindahan hiasan kepala dan pakaian adat tersebut, ternyata ada banyak fakta yang tidak semua orang ketahui. Pakaian daerah Bali sangat bervariasi, meskipun secara kasat mata pakaiannya terlihat sama.

Masing-masing daerah di Bali memiliki ciri khas dan ornamen. Hal itu juga berdasarkan kegiatan atau upacara adat, jenis kelamin, status sosial dan umur. Untuk melestarikan budaya Bali, bisa dimulai dari mengenali pakaian khas daerahnya.

Baca juga : Nama Pakaian Adat dari 34 Provinsi di Indonesia

Nah, tidak lengkap jika kita tidak mengenal pakaian adat Bali sebagai salah satu bentuk sejarah. 

Pakaian Adat Bali

1. Kebaya Bali

Kebaya Bali adalah pakaian adat yang dikenakan perempuan Bali. Kebaya Bali ini sebetulnya bisa dibuat dari berbagai jenis bahan, namun menambahkan renda adalah salah satu favorit para perempuan Bali.

Baca juga : Pakaian Adat Jawa Tengah Pria dan Wanita

Biasanya, kebaya Bali akan dikenakan dengan korset. Korset ini umumnya dikenakan di bagian bawah dan dipakai oleh perempuan Bali yang lebih tua. Umumnya warnanya beragam dan cukup mencolok mata.

Kebaya Bali identik dengan warna-warna cerah, hal ini memiliki nilai filosofi yaitu untuk menggambarkan keceriaan sekaligus keanggunan perempuan di Bali. Masyarakat Bali memiliki banyak sekali upacara adat dan juga keagamaan.

Mulai dari upacara yang bersifat suka, duka dan keagamaan. Maka dari itu, kebaya menjadi salah satu pakaian yang penting dalam kehidupan perempuan di Bali.

Baca juga : 11 Pakaian Adat Bali dan Ciri-cirinya

Jika mengikuti upacara adat yang bersifat suka, biasanya perempuan Bali menggunakan warna-warna kebaya yang cerah. Sedangkan untuk upacara adat yang bersifat duka, kebaya yang digunakan oleh perempuan Bali cenderung berwarna gelap.

Warna gelap ini dikenakan karena identik dengan rasa sedih. Mereka juga tidak menggunakan riasan ataupun menyanggul rambut mereka. Selain karena upacaranya bersifat kesedihan, mereka juga tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan penampilan mereka.

Selain upacara adat, kebaya digunakan oleh para perempuan Bali untuk kegiatan keagamaan. Salah satu kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Hindu-Bali adalah pergi ke pura. Kebaya juga digunakan pada hari piodalan di suatu pura.

Baca juga : Pesona 1000 Baju Milik Nagari Padang Magek, Nuansa Wisata Budaya di Tanah Datar

Kebaya yang dikenakan pun kebaya yang biasa namun dengan warna yang bervariasi, karena mereka akan melakukan kegiatan yang memerlukan gerak banyak dan berkeringat. Sehingga kebaya yang dipilih pun kebaya yang nyaman.

2. Baju Safari

Jika perempuan mengenakan kebaya, para laki-laki mengenakan kemeja putih, batik atau songket kamben dengan overlay yang disebut Saput.

Baca juga : Endek Bali Diharapkan Jadi Busana Resmi dalam KTT G20

Biasanya baju safari bernuansa putih atau berpola, dengan selempang dan hiasan kepala tradisional yang disebut udeng.

Kemben dibungkus secara berbeda untuk laki-laki dan perempuan.

Untuk laki-laki, kemben dipakai di pinggang dengan lipatan di depan.

Baca juga : Pelaku Pariwisata di Bali Wajib Gunakan Busana Adat Setiap Kamis

Sementara perempuan membungkusnya erat-erat untuk memastikan tidak ada lipatan atau renda terlihat.

Selain itu, pada baju safari juga terdapat saku yang dibuat di bagian kiri atau kanan.

3. Kain Kamen

Baca juga : Busana Adat Payas Agung yang Dikenakan Puan untuk Tak Lupakan Bali

Kain kamen adalah kain yang digunakan untuk menutupi bagian bawah tubuh laki-laki di Bali. Kamen memiliki bentuk yang mirip dengan sarung, namun kamen memiliki corak yang menonjol dan motif persegi.

Bahan yang digunakan untuk membuat kain kamen adalah kain halus yang tipis. Kain kamen ini tidak hanya digunakan oleh laki-laki di Bali, perempuan di Bali juga sering mengenakan kain kamen.

Kain ini digunakan menutupi pinggang sampai mata kaki. Kain kamen dililit dari kiri ke kanan. Hal ini melambangkan bahwa laki-laki harus bisa memegang dharma atau kebenaran.

Baca juga : 11 Pakaian Adat Jawa Tengah Sebagai Representasi Budaya Jawa

Kain yang dikenakan juga harus memiliki jarak sejengkal di atas telapak kaki. Hal ini melambangkan bahwa laki-laki harus bisa melangkah lebih jauh, karena mereka mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan perempuan.

Kain kamen dililit dari kiri ke kanan dengan meninggalkan lelencingan di bagian bawahnya. Lelencingan adalah ujung kain yang menyentuh tanah. Dengan membiarkan sebagian kain menyentuh tanah melambangkan kejantanan dari laki-laki Bali. Selain itu, hal ini juga melambangkan bahwa mereka akan tetap terus berbakti kepada ibu pertiwi.

Perempuan Bali yang memakai kain kamen harus dililit dari kanan ke kiri. Pemakaiannya harus berlawanan arah dengan cara pemakaian laki-laki Bali. 

Baca juga : Wisata Desa Penglipuran Bali yang Mempesona

Melilitkan kain dari kanan ke kiri merupakan sebuah makna atau simbol sakti sebagai kekuatan penyeimbang laki-laki. Hal ini juga bermakna bahwa perempuan Bali harus menjaga laki-laki Bali dalam menjalankan tanggung jawabnya atau dharma.

Penggunaan kain kamen pada perempuan juga disertai dengan bulang atau stagen. Bulang atau stagen ini terlihat mirip seperti korset. Bulang atau stagen merupakan simbol dari rahim. Pemakaian bulang atau stagen dilambangkan sebagai pengontrol emosi.

4. Udeng Kepala

Baca juga : Garuda Wisnu Kencana Bali, Keindahan dan Atraksi Seni Budaya yang Memikat

Udeng merupakan salah satu pakaian adat Bali yang biasa digunakan laki-laki sebagai penutup kepala.

Bukan hanya sekadar penutup kepala, udeng dipakai di beragam acara keagamaan oleh laki-laki dewasa dan juga anak-anak di Bali.

Dipakai tidak hanya oleh mereka dari kelompok kaya, tetapi juga oleh warga kalangan menengah ke bawah.

Baca juga : 8 Wisata Seminyak Bali, Surganya Pantai di Indonesia

Ini terbuat dari sebuah kain yang dijahit hingga membentuk suatu simpul di bagian tengah. 

Tidak setiap orang bisa membuat udeng. Perlu keahlian khusus untuk membuatnya, sehingga tampak bagus dan sesuai dengan keunikan udeng itu sendiri.

Terdapat 2 macam udeng, yaitu polos dan berwarna. Udeng polos biasanya digunakan saat mengikuti kegiatan upacara keagamaan.

Baca juga : Akan Segera Dibuka, Luminor Hotel di Bali!

Sedangkan udeng yang berwarna sering digunakan untuk aktivitas sehari-hari.

5. Sabuk Prada dan selendang

Sabuk prada adalah salah satu bagian dari pakaian adat Bali. Sabuk prada ini biasanya digunakan oleh perempuan di Bali. Sabuk prada dikenakan bersamaan dengan kebaya yang dipadupadankan dengan kain kamen.

Baca juga : Senjata Tradisional Bali, Tersimpan Filosofi Menarik di Dalamnya

Sabuk prada biasanya memiliki motif khas Bali dan cenderung berwarna terang. Sabuk prada ini memiliki makna tersendiri yaitu untuk melindungi tubuh perempuan terutama rahim yang merupakan pemberian dari Tuhan.

Pemakaian sabuk prada bertujuan untuk menahan kain kamen sehingga tidak melorot. Selain itu, perempuan yang memakai sabuk prada ini jadi semakin anggun dan berseri-seri. 

Selain memiliki makna untuk melindungi rahim, sabuk prada juga dinilai sebagai bentuk pengendalian diri dan mencegah melakukan perbuatan yang buruk.

Baca juga : Harga Cabai Rawit di Badung Bali Kian Merangkak Naik

Selain sabuk prada, selendang atau senteng juga sering digunakan bersamaan dengan pakaian adat lainnya. Kain selendang ini diikat dengan simpul yang hidup di sebelah kiri dan tidak tertutupi oleh baju. 

Pemakaian kain selendang ini memiliki tujuan supaya pemakaianya selalu siap dalam mendidik anak-anaknya sehingga kelak menjadi anak yang senantiasa patuh kepada orangtua. 

Selendang ini merupakan simbol yang melambangkan tingkah laku dari pemakainya. Selendang khas Bali memiliki motif yang beragam sehingga bisa dikenakan sesuai dengan model dari kain kamen.

Baca juga : Penyanyi Meiska Adinda Isi Soundtrack Film Malaysia Berjudul Malang Si Puteri

6. Saput

Saput, kain atau bawahan in adalah salah satu bagian dari pakaian adat Bali dan keunikannya.

Saput merupakan sejenis kain yang memiliki corak unik yang biasanya digunakan di bagian lapisan atas kamen.

Baca juga : 12 Tempat Wisata di Bali Terbaru 2024 dan Viral

Jadi, memakai kamen terlebih dahulu, baru memakai saput sebagai padanan sempurna.

Untuk menggunakannya adalah dengan cara mengikatkan saput di pinggang, kemudian diputar dari kanan ke kiri. Pastikan kain tidak ada yang terlipat dan rapi tergulung.

Umumnya, kain Saput ini seringkali digunakan dalam berbagai upacara keagamaan atau pernikahan.

Baca juga : Wisata Pantai Pandawa Bali, Intip Lokasi dan Harga Tiket Masuknya!

7. Saput Poleng

Saput rupanya beragam. Salah satunya Saput Poleng, yakni pakaian adat Bali dengan warna 2 macam.

Biasanya memakai warna hitam dan putih sebagai bawahan pakaian adat pria.

Baca juga : Wisata Nusa Penida Bali, Destinasi Incaran Wisatawan Asing

Kotak-kotak hitam putih ini menjadi salah satu motif khas Bali yang biasa dikenakan dalam pakaian adat.

Tidak hanya itu, jika kita berkunjung ke Bali, adapun ini juga disampirkan di atas pohon, patung, dan berbagai bentuk tempat ibadah.

Saput Poleng dianggap sakral oleh penduduk setempat dan bagian dari ritual adat.

Baca juga : Perusahaan Gemcorp dari Inggris Resmi Ambil Alih Perusahaan Internet Flynet

Secara harfiah arti dari kata Saput berarti selimut atau kain, sementara Poleng berarti berwarna dua.

8. Sabuk Prada

Sabuk ini merupakan bagian dari pakaian adat Bali selanjutnya. Biasa dipakai oleh penduduk Bali khususnya wanita.

Baca juga : Turunkan Angka Kemiskinan Ekstrem, Pemkot Denpasar Siap Terus Berinovsi

Ini dipakai dengan kebaya dan untuk padanan kamen (kain atau bawahan). Sabuk prada memiliki motif khas Bali dan memiliki warna yang terang.

Seperti pakaian tradisional lainnya, sabuk ini juga memiliki makna khusus.

Sabuk prada bermakna untuk melindungi tubuh wanita, terutama rahim yang merupakan anugerah dari Tuhan. Sehingga pemakaian sabuk ini pun diletakkan pada bagian perut.

Baca juga : Rayakan HUT Ke-236 Kota Denpasar, Walikota Minta Warga Jaga Toleransi

9. Gaya rambut perempuan Bali

Perempuan di Bali umumnya juga menata rambut ketika mereka mengenakan pakaian adat. Ada tiga jenis gaya rambut untuk perempuan. Perempuan yang belum menikah biasanya akan menata rambutnya dengan setengah dilipat dan setengah dibiarkan tergerai. Gaya rambut ini disebut dengan pusung gonjer. Pusung Gonjer merupakan simbol bahwa perempuan tersebut masih bebas untuk memilih pria sebagai pasangannya kelak.

Sedangkan perempuan yang sudah menikah menata rambutnya dengan sanggul pusung tagel. Sanggul pusung tagel ini biasanya dikenakan ketika perempuan Bali beribadah atau menghadiri acara adat tertentu. 

Baca juga : Minat Warga Negara Asing Terhadap Pasar Properti di Bali Meningkat

Sanggul pusung tagel memiliki penyawat sanggul di bagian kirinya yang disebut atung pusungan. Sedangkan yang di sebelah kanan disebut tagelan.

Setelah itu ada sanggul pusung podgala, jenis sanggul yang digunakan oleh perempuan yang suci atau disebut sulinggih. Tatanan sanggul ini memiliki bentuk seperti kupu-kupu.

Pemakaian sanggul juga dihiasi dengan bunga cempaka kuning, cempaka putih dan sandat. Ketiga bunga tersebut memiliki simbol tersendiri. Bunga cempaka kuning melambangkan simbol Brahma, cempaka putih melambangka Wisnu dan sandat melambangkan Siwa.

Baca juga : Sundowners Ingin Ciptakan Dimensi Sendiri Melalui Album Perdana

10. Payas Agung

Payas agung adalah pakaian tradisional masyarakat Bali. Payas agung ini biasanya dipakai ketika upacara pernikahan atau potong gigi. Pakaian ini memiliki kesan mewah dan spesial, maka dari itu payas agung tidak ditujukan untuk berbagai aktivitas.

Payas agung dikenakan bersama mahkota yang menjulang tinggi dan kain dengan berbagai warna yang dipakai oleh pengantin perempuan.

Baca juga : Perairan Selatan Bali Berpotensi Dilanda Gelombang Tinggi Capai 3 Meter

Pengantin perempuan juga memakai tapih panjang yang melilit dari dada hingga jari kaki. Kain ini lalu dilapisi oleh kemben dan kamen prada yang menutup sampai mata kaki.

Mereka juga menggunakan riasan yang disebut srinata, lengkungan simetris pada kening. Mahkota yang dikenakan oleh pengantin perempuan terdiri dari bunga sandat dan juga bunga emas. Mereka juga memakai aksesoris seperti gelang di bahu sebelah kiri dan di pinggang.

11. Payas Madya

Baca juga : 7 Pakaian Adat Aceh Beserta Ciri Khasnya

Payas Madya agak sedikit berbeda dengan payas agung. Payas madya memiliki kesan yang lebih santai, maka dari itu pakaian ini juga bisa digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Kata madya sendiri mempunyai arti menengah.

Payas Madya tidak dikenakan dengan aksesoris yang terlalu banyak seperti Payas Agung. Payas madya juga bisa dikenakan ketika ritual keagamaan dan juga pesat adat.

12. Payas Alit

Baca juga : Bali Tuan Rumah Kongres Dokter Mata Se-Asia Pasifik

Payas alit adalah pakaian adat yang memang bisa dikenakan dalam aktivitas sehari-hari. Payas Alit jauh lebih sederhana dibandingkan payas agung dan payas madya. Kata Alit sendiri mempunyai arti kecil sehingga memiliki makna sederhana atau tingkatan yang paling kecil.

Payas alit untuk pria bisa mengenakan baju safari atau baju koko dengan penutup kepala udeng. Masyarakat bali biasanya memakai payas alit untuk keperluan ibadah ke pura.

Untuk mengetahui kekayaan Bali lainnya, bisa membaca buku Jelajah Wisata Budaya Negeriku Provinsi Bali. Buku ini dikemas dengan penuh warna dan mengajarkan kita tentang budaya Bali dengan cara yang tidak membosankan. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat